Perahu Listrik di Rammang-rammang Bikin Wisatawan Nyaman, Masyarakat Makin Untung

  • Bagikan
Sunardi saat mengantar rombongan wisatawan menggunakan perahu listrik di kawasan Rammang-rammang, Sabtu (7/1/2023). (Mirsan/Fajar)

FAJAR.CO.ID, MAROS-- Rammang-rammang kini jadi destinasi wisata favorit. Apalagi jaraknya tidak terlalu jauh dari Bandara Sultan Hasanuddin atau perbatasan Maros-Makassar. Hanya sekitar 30 menit perjalanan.

Rammang-rammang sendiri merupakan sebuah kampung di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Kawasan ini berada Geopark Karst Maros-Pangkep.

Panorama pegunungan karst, keindahan sungai dan keanekaragaman hayatinya telah mengundang wisatawan domestik dan mancanegara datang ke Rammang-rammang.

Bukit karst membentang sepanjang aliran sungai. Bahkan ada yang berada di tengah sawah seperti tumbuh dari tanah, terlihat menawan terkena pantulan cahaya sore yang lembut. Seperti sekeping surga kecil di bumi.

Untuk mencapai Rammang-rammang harus menyusuri Sungai Puteh menggunakan perahu motor bermesin tunggal. Melintasi sungai ini juga memberi kesan seperti berpiknik ke masa lalu, mungkin menjadi salah satu alasan orang berkunjung ke tempat ini.

Sejak 2015, destinasi wisata ini makin terkenal. Mengunjungi Rammang-rammang bisa menjadi pilihan untuk mengisi liburan akhir pekan bersama pasangan atau keluarga.

Penyewaan perahu pun makin laris. Hanya saja beberapa wisatawan mengeluhkan suara bising dari mesin tempel berbahan bakar BBM jenis pertalite yang dipakai selama ini.

Maman Sukirman salah satu wisatawan lokal yang mengeluhkan bisingnya bunyi mesin perahu. Sebagai fotografer, dirinya tak bisa memotret burung-burung yang bertengger di pohon bakau.

"Saya sudah beberapa kali ke sini, bunyi bising memang sangat menganggu. Tidak bikin fokus saat memotret dari atas perahu. Serta burung-burung keburu terbang karena bunyi mesin," bebernya saat ditemui Fajar.co.id di sekitar kawasan Rammang-rammang, Sabtu (07/1/2023).

Beruntung sejak bulan Juli 2022 lalu, PLN melalui PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Makassar Utara menghadirkan 1 unit perahu listrik ramah lingkungan yang digunakan para pengunjung untuk berkeliling di lokasi wisata Karst Rammang-rammang, Kabupaten Maros.

Sunardi yang kini menjadi operator perahu listrik itu mengakui banyak wisatawan yang berebut menggunakan perahunya. Sebab, suara mesin yang dihasilkan tidak bising.

"Mereka suka karena tidak bising, wisatawan bisa menikmati pemandangan. Terutama melihat binatang dan burung di pinggiran sungai. Kalau pakai mesin tempel sebelumnya, dari suaranya bikin binatang kabur," kata Sunardi kepada Fajar.co.id.

Sunardi menuturkan selain suara mesinnya yang halus. Manfaat paling besar yang dirasakan adalah penggunaan perahu tersebut sangat hemat energi dan minim biaya pengeluaran.

Kata Sunardi, untuk dua kali perjalanan pulang pergi dari dermaga 1 (lokasi penjemputan wisatawan) ke dermaga 3 titik terakhir di kawasan Rammang-rammang, baterai perahu cukup sekali diganti. Adapun jarak dari dermaga 1 ke dermaga 3 sekitar 3,3 Kilometer.

"Sekali cas (isi ulang daya) itu sekitar 1 kwh biayanya cuma Rp5.000. Dulu waktu pakai mesin berbahan Pertalite, satu kali PP (pulang pergi) itu butuh sekitar 1 liter harganya Rp10.000," jelas Sunardi.

Dengan perahu bertenaga listrik, bapak satu anak itu mengakui bisa dengan mudah mendapat pasokan energinya. Berbeda saat masih memakai Bahan Bakar Minyak (BBM) harus membeli di pengecer dengan harga di atas penjualan resmi.

"Sekarang saya bisa isi ulang sendiri baterainya atau isi di SPBLU yang ada di dermaga 1. Semenjak pakai perahu listrik, Alhamdulillah pendapatan membaik, setidaknya ada yang bisa kami tabung," ungkapnya.

Perahu listrik yang kini dipakai, kata Sunardi selalu jadi incaran wisatawan. Selain itu, perahunya acap kali jadi angkutan siswa dari Kampung Berua untuk ke sekolah mereka yang ada di wilayah luar kawasan Rammang-rammang.

Wisatawan menikmati keindahan Rammang-rammang dengan perahu listrik. (Dok PLN untuk FAJAR)

Bupati Kabupaten Maros, Chaidir Syam ikut memberikan apresiasi atas bantuan PLN dalam mendukung Kawasan Wisata Geopark Maros Pangkep dengan menghadirkan perahu listrik.

"Keunggulan dari perahu listrik sendiri adalah suaranya senyap, sehingga pengunjung dapat lebih nyaman berwisata di sini," jelas Chaidir.

"Kami optimis dengan kerjasama yang melibatkan berbagai elemen dan stakeholder, Rammang-rammang bisa menjadi kawasan green tourism dengan 100 persen kapal listrik," tandasnya

General Manager (GM) PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Moch. Andy Adchaminoerdin menyebut bantuan perahu listrik ke objek wisata Rammang-rammang diberikan sebagai bentuk dukungan PLN terhadap Geopark Maros Pangkep yang sudah tercatat sebagai warisan dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa atau UNESCO Global Geopark.

Dengan hadirnya perahu listrik, nantinya diharapkan wisata Karst Rammang-rammang agar menjadi kawasan wisata hijau yang diakui dunia.

"Kami turut mendukung kebangkitan sektor pariwisata, PLN ingin menjadi bagian di dalamnya dalam menyediakan energi bersih dan perahu listrik yang tentunya ramah lingkungan," ungkap Andy.

Andy merinci jenis perahu listrik yang disumbangkan ke kawasan Rammang-rammang menggunakan mesin berkapasitas 1,47 kW berbaterai DC 2x58 volt, yang memungkinkan pemilik pelahu melakukan pengisian daya hanya dengan waktu 1-2 jam, untuk jarak sekitar 10-14 km.

Selain itu, dalam penggunaan perahu listrik jauh lebih hemat dibandingkan perahu listrik berbahan bakar minyak. Misalnya untuk 2 kali perjalanan (pulang dan pergi) di wisata Karst Rammang-rammang, perahu listrik hanya memerlukan baterai DC 2x58 volt, dengan pengisian listrik sebesar Rp5 ribu. Sedangkan untuk perahu berbahan bakar minyak memerlukan 1,5 liter minyak atau setara dengan Rp20 ribu.

Tak hanya satu unit, PLN menargetkan akhir tahun ini 2 unit perahu listrik lainnya akan diserahkan lagi ke masyarakat. Nilai nominal bantuan total sekitar Rp402 juta.

'Setrum' Sektor Pariwisata Sulsel

Perahu listrik milik Sunardi di tenag-tengah kawasan Rammang-rammang. (Dok PLN untuk FAJAR)

Selain perahu listrik di Rammang-rammang, PLN juga telah memberikan bantuan CSR lewat program PLN Peduli untuk beberapa destinasi wisata lainnya di Sulsel. Upaya ini tentu untuk mendukung kebangkitan sektor pariwisata Sulsel.

Pada Oktober 2019 lalu, PLN memberikan bantuan pengembangan sarana dan fasilitas objek wisata berupa spot foto kapal phinisi, musholla, Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) serta pembangunan pintu gerbang kawasan pantai dan tebing Apparalang Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Rencananya tahun 2022 ini akan ada lagi bantuan pembangunan kolam renang di dalam kawasan.

Selain objek wisata, terkait dengan program konversi energi, PLN peduli telah memberikan bantuan berupa Gerobak Kuliner sebanyak 10 unit yang dilengkapi dengan kompor induksi bagi UMKM serta renovasi taman lampu di lapangan Sepakbola Desa Bontoloe, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar dengan nilai sebesar Rp200 Juta pada November 2022.

Serta bantuan konversi energi melalui pemberdayaan wanita bagi PKBM Cendikia Paripurna Bangsa di Sinjai dan Kelompok Wanita Syam Pelanggi di Soppeng. Bantuan pemberdayaan wanita ini dengan memberikan 22 unit mesin jahit listrik ke Sinjai serta memberikan 9 unit mesin jahit listrik ke Soppeng.

"Bantuan lewat program PLN Peduli tersebut menjadi wujud kehadiran kami untuk menyetrum sektor pariwisata dan UMKM di Sulsel," kata Andy Adchaminoerdin.

Kepada Fajar.co.id, Andy juga membeberkan data terakhir soal presentase bauran Energi Baru Terbarukan(EBT). Hingga kini, kata dia sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan banyak dipasok oleh pembangkit yang berasal dari EBT, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso berkapasitas 515 MW, PLTA Bakaru berkapasitas 126 MW, PLTA Malea berkapasitas 90 MW Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap berkapasitas 70 MW, PLTB Tolo berkapasitas 60 MW.

"Adapun bauran energi baru terbarukan di sistem kelistrikan Sulbagsel sebesar 38 persen dengan total kapasitas sebesar 880 MW. EBT ini nantinya juga dapat memberikan sumbangsih dalam menurunkan emisi karbon sebesar 1.400 ton CO2 per tahun sehingga mendukung target Net Zero Emission di tahun 2060 yang dicanangkan pemerintah," tutupnya.(mirsan/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan