Pilih Netral di Pemilu, PBNU: Tak Boleh Ada Capres atau Cawapres Mengatasnamakan NU

  • Bagikan
Presiden Jokowi bersama Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf di Festival Islam Nusantara. (Twitter Yahya Cholil Staquf)

FAJAR.CO.ID, SURABAYA– Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf tak ingin NU diseret-seret ke ranah politik praktis. Karena itu, menjelang peringatan satu abad NU, dia menegaskan bahwa NU akan bersikap netral.

NU tidak akan mendukung capres dan cawapres dalam Pemilu 2024.

"Tidak ada calon presiden atau calon wakil presiden yang mengatasnamakan NU nanti. Jika ada calon dari NU, dia tidak akan membawa nama NU, namun murni prestasinya sendiri," tegas Gus.

Yahya, sapaan Yahya Cholil Staquf. Gus Yahya mengatakan, PBNU berkomitmen untuk mengembalikan posisi NU di tengah. Tidak menjadi bagian dari pihak-pihak yang berkompetisi.

Pernyataan itu disampaikan dalam pertemuan bersama lintas tokoh dan lintas organisasi di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya kemarin.

Pertemuan tersebut semacam focus group discussion (FGD) yang melibatkan banyak pihak. Mulai pemimpin redaksi media massa, rektor perguruan tinggi, tokoh lintas agama, hingga tokoh organisasi kepemudaan.

Gus Yahya juga merasa khawatir dengan ancaman polarisasi menjelang Pemilu 2024. ”Kita dibayang-bayangi dengan polarisasi," ujarnya.

Saat ini ada kecenderungan kelompok berideologi radikal yang hendak mengganggu integritas nasional. Mereka, kata Gus Yahya, memanfaatkan Pilpres 2024 untuk konsolidasi.

”Ada ujung tombak yang dijadikan gaconya (jagonya, Red). Gaconya ini yang melakukan manuver-manuver manipulatif," tegasnya.

Gus Yahya menduga kelompok radikal sudah punya sosok yang dijagokan dalam pilpres. Itu sebabnya, potensi penggunaan politik identitas bakal menguat kembali.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan