FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur bin Ali Mahdi Al Hamid, menilai, Ijtima’ Ulama Nusantara yang diadakan DPP PKB memiliki pola dan momentum yang sama dengan Ijtima Ulama Persatuan Alumni (PA) Bela Islam 212, dimana Ijtima ulama sebagai sesuatu yang sakral dipakai untuk membungkus tujuan politik.
“Ijtima Ulama itu sesuatu yang sakral. Maka kalau digunakan untuk kepentingan politik praktis oleh kelompok atau partai politik tertentu, ini akan jadi bahaya,” ujar Habib Syakur saat diwawancara awak media di Jakarta, Jumat (13/1).
Habib Syakur mengingatkan bahwa konsep Ijtima Ulama dalam agama Islam itu sakral, karena menjadi tempat para ulama untuk membahas sesuatu demi kemaslahatan masyarakat, kemaslahatan seluruh umat manusia dan alam semesta, termasuk menyatukan umat.
Yang saya khawatirkan, jangan sampai Ijtima Ulama justru hanya dipakai sebagai bungkus dari kepentingan politik ataupun kelompok tertentu. Ini yang perlu saya ingatkan,” tegas Habib Syakur.
Habib Syakur juga menyorot Ijtima Ulama Nusantara yang digelar PKB seperti mengcopy-paste model-model Ijtima Ulama PA-212. Atas nama Ijtima Ulama kemudian diarahkan untuk dukungan politik.
Ijtima Ulama Nusantara yang digelar PKB adalah langlah-langkah menuju politisasi identitas, sebagaimana dilakukan oleh Persatuan Alumni (PA) Bela Islam 212.
“Saya sebut sama seperti PA212 karena polanya memang seperti itu. Bahwa arahnya pada identitas politik. PKB seperti krisis kreativitas sehingga meniru-niru PA 212. Saya khawatir Ijtima Ulama dipakai sebagai bungkus dan alat untuk tujuan politik kekuasaan,” tukasnya.