Serangan di Dnipro Tewaskan 40 Orang Lebih, Rusia Cuci Tangan, Barat Janji Kirim Tank

  • Bagikan
LULUH LANTAK. Tim penyelamat mencari korban yang terjebak di dalam gedung di Kota Dnipro, Ukraina, Senin, 16 Januari. Kawasan ini diserang oleh militer Rusia, meski otoritas membantahnya. Sejumlah negara akan mengirim alutsista ke Ukraina.(Vitalii matokha/AFP)

FAJAR.CO.ID, KIEV--Rusia berusaha cuci tangan. Mereka menampik menjadi dalang di balik serangan maut di kompleks permukiman Dnipro, Sabtu, 14 Januari lalu.

Hingga Senin, 16 Januari, total korban korban tewas pada serangan itu mencapai 40 orang. Dua di antaranya anak-anak.

Besar kemungkinan jumlahnya akan bertambah. Sebab lebih dari 30 orang belum ditemukan. Proses evakuasi korban masih berlangsung. ’

’Kami sudah bekerja selam 19-20 jam tanpa tidur dan istirahat,’’ ujar Larysa Borysenko, salah satu penyelamat seperti dikutip Agence France-Presse.

Serangan di Dnipro tersebut paling mematikan dalam tiga bulan terakhir. Total ada sebanyak 75 orang mengalami luka-luka. Sebanyak 14 korban luka itu adalah anak-anak.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan, proses pencarian dan penyelamatan korban akan dilakukan selama diperlukan.

Serangan ke permukiman penduduk dan instalasi energi Ukraina tersebut membuat Rusia menuai kecaman dari berbagai pihak. Sebab, yang meninggal adalah warga sipil.

Diplomat Senior Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyebut, serangan itu tidak manusiawi. Siapa pun pelakunya akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dikatakan, selama dibutuhkan, UE akan terus mendukung Ukraina.

Sementara itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan bahwa mereka tidak terlibat dalam insiden di Dnipro. Kata dia, ledakan itu terjadi karena sistem pertahanan misil milik Ukraian sendiri.

’’Pasukan bersenjata Rusia tidak akan menyerang permukiman atau infrastruktur sosial. Mereka menyerang target militer,’’ tegasnya.

Pengeboman di Dnipro terjadi bersamaan dengan pengumuman bahwa Rusia dan Belarus akan menggelar latihan militer gabungan. Belarus merupakan sekutu Rusia dan wilayahnya berbatasan dengan Ukraina.

Kemungkinan Rendah

Kiev khawatir, Belarus akan menjadi pangkalan Rusia dan mereka akan menyerang dari sana. Namun, lembaga Institute for the Study of War yang berbasis di AS menegaskan, serangan Rusia dari Belarus kemungkinannya rendah. Pun demikian dengan keterlibatan langsung Belarus dalam perang di Ukraina.

Perang di Ukraina kini memasuki fase baru. Saat ini, Rusia lebih fokus menggunakan serangan jarak jauh dengan drone maupun misil. Kemarin, giliran Kherson yang menjadi target. Kota tersebut sempat diduduki Rusia sebelum berhasil diambil alih lagi oleh Ukraina akhir tahun lalu.

Pemerintah Ukraina sudah lama meminta pada sekutunya, negara-negara Barat, agar mengirimkan tank yang lebih canggih guna memukul mundur Rusia. Permintaan itu sebentar lagi terealisasi. Prancis, Polandia, dan Inggris berjanji untuk mengirimkan tank. Bahkan, Finlandia juga berencana memberi.

Inggris, misalnya, akan menyumbangkan 14 tank tempur utama jenis Challanger 2. Selain itu, juga beberapa senjata artileri yang lebih canggih. Pengiriman bakal dilakukan beberapa pekan ke depan.

Kabar tersebut membuat pihak Rusia berang. Peskov mengklaim, Barat sengaja menyuplai senjata ke Ukraina untuk mewujudkan misi anti Rusia. Namun, dia meyakini senjata tersebut tidak akan mengubah situasi di medan tempur.

’’Tank-tank tersebut sedang dan akan terbakar seperti yang lainnya,’’ tegas Peskov seperti dikutip Al Jazeera. (sha/hud/jpg/zuk/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan