Bicara Sejarah Pengusaha Sulsel, JK Sebut Sosok Syamsuddin Dg Mangawing sebagai Pebisnis Terhebat

  • Bagikan
Jusuf Kalla dalam Silaturahmi dari Pengusaha ke Pengusaha untuk Masa Depan Indah di Soaraja Ballroom Wisma Kalla Makassar, Senin, (30/1/2023).

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Jusuf Kalla membicarakan soal sejarah pengusaha di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan.

Dia mengaku telah berbisnis selama 35 tahun dan berkarier di pemerintahan hampir 20 tahun.

“Saya di bisnis 35 tahun. Di pemerintahan hampir 20 tahun. Selebihnya tentu di sekolah dan sebagainya,” ucapnya di Soaraja Ballroom Wisma Kalla dalam kegiatan dari Pengusaha ke Pengusaha untuk Masa Depan Indah, Senin, (30/1/2023).

Dia bercerita, dalam kultur Indonesia, selalu dikatakan, ada dua suku yang mempunyai budaya merantau dan berdagang yaitu di barat ada orang Minang, di Timur ada orang Bugis.

“Kalau kita lihat di Sumatera dan Jawa, orang Minang merantau dan berdagang. Sebaliknya kalau kita ke timur, kalau kita ke Papua, Maluku dan NTT, hampir semua pasar, kios-kios hampir orang Bugis Makassar,” tuturnya.

Karena itu kata dia, ketika terjadi kebakaran pasar di Papua atau dimana pun, dia langsung menelepon Ketua KKSS untuk menanyakan berapa kios yang terbakar.

“Karena pasti yang kena kebakaran itu orang Bugis. Contohnya itu. Itu semangat. Tapi kalau kita lihat levelnya maka terjadi suatu perubahan,” lanjutnya.

Mantan wakil presiden ini mengatakan, di zaman Belanda memang ada strata. Pengusaha besarnya Belanda, kemudian Cina, dan pengusaha kecilnya pribumi.

“Oleh karena itu dalam waktu sebelum kemerdekaan hampir tidak ada pengusaha kita yang menonjol. Hampir tidak ada,” sebut pria kelahiran Bone ini.

Sekitar 1950-an baru muncul pengusaha-pengusaha yang memiliki semangat.

Namun menurut JK-akronim namanya, semangat saja tidak cukup. Mesti dibarengi dengan kebijakan pemerintah.

Setidaknya kata dia, ada sekitar 40 pengusaha yang tercatat saat itu dengan kriteria pegawai sekitar 100 dan omsetnya Rp5 miliar per tahun.

Karena adanya kebijakan nasional yang mendukung pengusaha nasional atau pengusaha pribumi dengan memberikan kuota devisa.

“Hanya bisa mengimpor ke devisa susah, hanya dikasih ke pengusaha nasional. Ada 200 pengusaha waktu itu. Tapi sebagian besar kemudian tidak berlangsung lama karena izin impornya, kuotanya yang dijual lagi dan tidak dijalankan. Dan bapak saya berpegang teguh. Kuota itu harus dilaksanakan tidak boleh tidak. Karena itu, perdagangannya jalan, yang lain berhenti,” jelasnya.

Lanjut kata dia timbul semangat yang tumbuh, maka muncullah pengusaha-pengusaha hebat pada zamannya yakni Syamsuddin Daeng Mangawing.

Meski pendidikan Syamsuddin rendah yakni hanya tamatan HBS setara dengan SMA, namun kualitas SMA kala itu cenderung lebih tinggi dari sekarang.

“Beliau (Syamsuddin) bisa bahasa Belanda, bahasa Inggris dan macam-macam. Karena itu merintis berbagai macam usaha itu pak Syamsuddin Dg Mangawing. Dia punya bank, punya usaha perdagangan, ekspor udang semua dia mulai,” tambahnya.

Di sisi lain, dia mengungkit soal dirinya yang menjabat ketua Kadin Sulsel terlama.

“Barangkali saya ketua kadin paling lama, 18 tahun. Tidak ada yang mau ganti saya. Nanti saya pindah ke Jakarta baru ada mau ganti saya, Aksa. Saya beberapa kali tidak hadir dalam konferensinya tapi terpilih,” tandasnya. (selfi/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan