FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Aksi seorang politikus Denmark asal Swedia bernama Rasmus Paludan yang membakar Al Qur'an menjadi perhatian publik.
Hal tersebut mengundang para tokoh agama untuk melontarkan kecamannya. Bukan hanya itu, para pejabat negara melakukan hal yang sama.
Terlebih, Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam.
Owner Cyber Muslim Grup, Muhammad Assaewad, misalnya. Dirinya menegaskan, Al Qur'an tidak akan jadi hina hanya karena dibakar.
"Al Qur'an tidak jadi hina karena dibakar," ujar Assaewad dikutip dari unggahan twitternya, @Muhammad_Saewad (31/1/2023).
Dikatakan Assaewad, justru yang hina adalah orang Islam, namun tidak marah ketika melihat Al Qur'an dibakar atau dihinakan.
"Sejatinya yang hina itu orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak marah ketika Al Qur'an dihinakan," tukasnya.
Lanjut dikatakan Assaewad, dirinya melihat sesuatu hal yang aneh. Bagaimana tidak, orang-orang kebanyakan, baru meluapkan kemarahannya ketika kiayi atau Ormasnya yang dihina.
"Langsung mereka marah-marah gak karuan, padahal lebih mulia mana ormas," kuncinya.
Sebelumnya, Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf menyayangkan sikap Rasmus Paludan, ekstremis sayap kanan dan politisi rasialis Swedia-Denmark, yang kembali melakukan aksi membakar Alquran.
Gus Yahya menilai Paludan hanya orang putus asa yang hilang akal karena melihat kekalahan tak terhindarkan dari kesombongan identitasnya sendiri.
“Whatever his cause is, it is doomed to fail. Mari kita teruskan saja duduk santai menikmati kesyahduan iman kita sendiri sambil menunggu Rasmus Paludan runtuh bersama segala cita-citanya atau dia insaf kemudian berbelok ke jalan yang benar,” kata Gus Yahya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu malam, 28 Januari 2023.