FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Transparency International Indonesia (TII) mencatat Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tahun 2022 turun empat poin dari tahun sebelumnya.
Indonesia menempati peringkat 110 dari 180 negara yang dilibatkan.
Deputi Sekretaris Jenderal TII Wawan Suyatmiko dalam konferensi pers di Pullman Hotel, Jakarta, Selasa (31/1), menjelaskan, CPI Indonesia 2022 berada di 34, rangking 110 dari 180 negara. "Dibanding tahun lalu, turun empat poin dan turun 14 rangking-nya," beber Wawan Suyatmiko.
Mantan wakil menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana, menanggapi soal turunnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.
Menurutnya, pelumpuhan terhadap KPK memberi kontribusi langsung terhadap turunnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK).
"Pelumpuhan KPK itulah yang menurut saya memberi kontribusi langsung pada turunnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia menurut Transparency International dari 38 ke 34, hal mana baru saja dirilis kemarin. Itulah rekor penurunan IPK terburuk dalam sejarah reformasi Indonesia," bebernya dalam rilisnya, Rabu (1/2/2023).
Sementara itu, mantan Ketua Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yudi Purnomo Harahap mempertanyakan mengapa Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan yang kaget terkait anjloknya Indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia pada 2022 yang anjlok empat poin di angka 34.
Menurut mantan penyidik KPK ini, Pahala Nainggolan sebagai pejabat dan masih orang dalam KPK idealnya bisa memprediksi apa yang akan terjadi.
"Kenapa kaget pak? sebagai pejabat &masih orang dalam KPK dikau bisa prediksilah kaya gini akan terjadi antara lain karna revisi UU KPK saat ini, penurunan kepercayaan publik kepada KPK dari berbagai survei, TWK 57 pegawai KPK,pimpinan KPK kena etik dewas dll," cuitnya di linimasa Twitternya.