Meskipun Jokowi kader PDIP, ia lebih mudah membangun kesempatan dengan Nasdem dan Golkar.
"Pilihan mempertahankan Nasdem langkah Jokowi menjaga keseimbangan politik di sekelilingnya," tutur Arifki.
Golkar-Nasdem ibarat ibu dan anak. Sepertinya Surya Paloh sangat mengetahui ke mana harus bertemu jika ada teman koalisi yang tidak menerimanya. Surya yang memiliki romantisme sejarah yang kuat dengan Golkar.
Dengan situasi itu, tentu lebih mudah untuk memperoleh dukungan, apalagi keduanya sama-sama partai pendukung pemerintahan Jokowi.
Pertemuan Paloh dengan Airlangga telah mengeliminasi isu deklarasi Partai Demokrat dan PKS untuk Anies Baswedan.
Surya Paloh lebih memilih bertemu dengan Golkar dari pada mentindaklanjuti dukungan Demokrat dan PKS.
"Langkah politik yang dipilih Nasdem terlihat lebih memprioritaskan posisi menterinya di pemerintahan dari pada Pilpres 2024," terangnya.
Sebenarnya, apa pun situasi politik yang muncul setelah gagalnya reshuffle kabinet, Nasdem memperoleh dua keuntungan. Yaitu, Nasdem sukses mempertahankan menteri-menterinya dari dorongan reshuffle kabinet.
Selain itu, Nasdem memiliki brand partai lebih baik dari partai-partai lain. Paling tidak, Nasdem memiliki capres yang selalu masuk tiga besar versi berbagai lembaga survei.
"Jika target yang diinginkan oleh Nasdem adalah efek ekor jas, partai ini bakal memiliki brand partai yang kuat seperti Gerindra dan PDIP," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh mengatakan, desas desus terkait reshuffle terhadap kader Nasdem sangat wajar. Hal itu bagian dari tafsir atas situasi politik.