FAJAR.CO.ID, MAKASSAR--PKB selalu melekatkan NU dalam gerakan politiknya. Sebuah strategi menjelang Pilpres 2024.
PKB sangat yakin Muhaimin Iskandar alias Cak Imin bisa menjadi representasi Nahdlatul Ulama (NU), ormas Islam terbesar di Indonesia. Mereka berharap masyarakat NU alias nahdliyin akan memilihnya pada pilpres.
Di sisi lain, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf tak ingin NU diseret-seret ke ranah politik praktis. Dia menegaskan NU akan bersikap netral, tidak akan mendukung capres-cawapres.
Menurutnya, tidak ada capres-cawapres yang boleh mengatasnamakan NU nanti. Jika ada calon dengan latar belakang NU, dia tidak akan membawa nama NU, namun murni prestasinya sendiri. Artinya, NU tidak akan menjadi bagian dari pihak yang berkompetisi.
Sebaliknya, Ketua DPW PKB Sulsel Azhar Arsyad mengatakan untuk pilpres, ia menilai tidak ada satu di antara mungkin sedikit orang NU yang punya talenta di kancah politik seperti Cak Imin.
"Jadi sangat pantas dipresentasikan NU ini Cak Imin," katanya, Kamis (2/2/2023).
Alasannya, Cak Imin melewati proses yang panjang. Ketua partai yang betul-betul tumbuh, berkembang, melewati proses panjang.
"Di PKB pun dia mulai dari caleg dan seterusnya. Kalau ada bilang karena dia kemenakan Gus Dur, memang, tapi perlu diketahui ia juga melewati proses. Jadi tidak boleh cemburu sebenarnya karena dia melewati proses itu. Jam terbang juga lebih dari cukup," jelas Azhar.
Memang NU agak unik, karena dalam menentukan figur biasa berbeda-beda. Namun, jika gong sudah berbunyi mereka sudah bersatu. Mungkin itulah alasan Gerindra ingin berkoalisi dengan PKB.