Hal ini sejalan dengan makin pulihnya aktivitas kehidupan masyarakat terutama dalam aspek ekonomi.
Hal ini harus sejalan dengan penekanan inflasi yang kuat, sebab permintaan yang banyak, cepat atau lambat akan membuat harga turut terkerek. Otomatis inflasi pun akan terkerek.
"Yang sangat diharapkan bagi para pemangku kepentingan baik pemerintah, pengusaha, konsumen, dan masyarakat umum. Hanya memang ini memberi indikasi akan besarnya daya permintaan dibanding daya supply," paparnya.
Meski begitu, ia memberi harapan besar agar tim pengendali inflasi dapat melakukan tindakan mitigasi berencana guna menghindari kejadian yang tak diinginkan.
"Saya kira kenaikan inflasi dapat terkendali, sehingga menjadi pemacu aktivitas perekonomian lebih berkembang secara stabil," harapnya.
Diketahui, inflasi di Sulsel berdasarkan data terakhir pada Desember 2022 berada di posisi 5,77 persen (year on year). Ada tiga komoditas yang memberi andil terbesar dalam inflasi di Sulsel, bensin, angkutan udara dan telur ayam ras.
Berdasar data Bank Indonesia (BI) pada Januari 2023 inflasi gabungan lima kota Sulsel sebesar 0,63 persen (mtm) atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada Desember 2022 sebesar 0,71 persen (mtm).
Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh komoditas angkutan udara, bensin, dan bawang merah yang mengalami deflasi sejalan dengan penurunan harga avtur dan pasokan yang terjaga.
Secara tahunan, komoditas bensin dan angkutan udara mengalami inflasi dengan andil terbesar yang masih terpengaruh oleh dampak kenaikan harga BBM subsidi per September 2022 dan harga avtur yang tinggi.