FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Analis politik Universitas Islam Negeri (UIN) Dato Karama Palu, Attock Suharto mengatakan sangat wajar PKB selalu mengasosiasikan diri ke dalam Nahdlatul Ulama (NU).
Sejak dahulu, PKB dan NU memiliki hubungan simbiosis mutualisme. Mereka saling menguntungkan.
"Jadi wajarlah jika PKB selalu mengasosiasikan diri ke dalam NU karena memang ia lahir dari rahim NU," kata alumni UIN Alauddin Makassar itu.
Sehingga, memang PKB akan tetap memperoleh suara NU secara signifikan meskipun kepengurusan NU sedang berbeda faksi dengan PKB.
"Karena PKB adalah NU, NU adalah PKB," jelasnya.
Meski suara NU adalah suara PKB, belum tentu suara Cak Imin. Mungkin saja NU bisa solid, jika kontestan pilpres yang lain tidak memiliki irisan massa idiologis yang sama.
"Semisal jika Anies berpaket Khofifah (Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawangsa), maka itu tentu bisa memecah suara NU dan seterusnya," terang Attock.
Sementara itu, Ketua DPW PKB Sulsel Azhar Arsyad mengatakan untuk pilpres, ia menilai tidak ada satu di antara mungkin sedikit orang NU yang punya talenta di kancah politik seperti Cak Imin.
"Jadi sangat pantas dipresentasikan NU ini Cak Imin," katanya, Kamis (2/2/2023).
Alasannya, Cak Imin melewati proses yang panjang. Ketua partai yang betul-betul tumbuh, berkembang, melewati proses panjang.
"Di PKB pun dia mulai dari caleg dan seterusnya. Kalau ada bilang karena dia kemenakan Gus Dur, memang, tapi perlu diketahui ia juga melewati proses. Jadi tidak boleh cemburu sebenarnya karena dia melewati proses itu. Jam terbang juga lebih dari cukup," jelas Azhar. (mum/zuk/fajar)