"Itu terdata nilainya semua. Baik volume maupun harga. Mudah-mudahan ini bisa menjadi solusi agar tidak ada lagi yang main-main dalam proses penjualan ini. Karena kita melakukan pengawasan bukan hanya di tingkat distributor saja, tapi mengurai hingga ke konsumen," ucapnya.
Arwin tak menampik, kelangkaan minyak goreng curah dan Minyakita di pasaran salah satunya disebabkan perilaku konsumen. Seperti diketahui, Pemerintah menghadirkan minyak goreng subsidi itu untuk menyasar masyarakat berpenghasilan rendah alias miskin.
Namun kenyataannya, kalangan menengah juga ikut membeli minyak subsidi itu dalam jumlah banyak. Padahal, kata Arwin, stok minyak goreng premium justru sangat melimpah.
"Minyak goreng tidak langka, banyak stok minyak goreng kemasan yang harga normal. Yang stoknya terbatas itu Minyakita, harganya juga naik. Begitupun dengan minyak curah," ungkapnya.
Oleh karena itu, sembari melakukan pemantauan, pihaknya mengimbau dan mengedukasi masyarakat agar tidak tergantung dengan minyak subsidi pemerintah “Minyakita”. Harganya yang murah adalah wujud kepedulian Pemerintah agar kalangan tidak mampu tetap bisa menikmati bahan pokok tersebut.
"Bukan berarti perilaku masyarakat itu yang dulunya menggunakan minyak premium baralih ke Minyakita semua. Akhirnya jatah untuk masyarakat berpenghasilan rendah tidak kebagian. Itu berimbas pada kurangnya stok," sebutnya.
Lebih jauh Arwin menambahkan, Kemendag akan mengevaluasi serta menerbitkan regulasi untuk menjaga agar distribusi Minyakita tepat sasaran. (*)