Harlah 1 Abad NU, PBNU Gelar Muktamar Internasional Fikih Peradaban I

  • Bagikan
Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf saat konferensi pers di Hotel Shangri-La Surabaya. Foto: Ardini Pramitha/JPNN.com

FAJAR.CO.ID, SURABAYA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bakal menggelar Muktamar Internasional Fikih Peradaban I yang akan dilaksanakan di Hotel Shangri-LA Surabaya pada Senin (6/1) mendatang.
Acara tersebut dalam rangka menyambut peringatan Harlah 1 Abad NU yang puncaknya digelar pada lusa, Selasa (7/1) di GOR Delta Sidoarjo.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengatakan tujuan diadakannya muktamar itu untuk menginisiasi wacana tentang peradaban di masa depan dengan perspektif Islam.

“Bagaimana sumbangan Islam untuk peradaban serta agenda-agenda yang nanti akan diluncurkan dalam rangka memperjuangkan masa depan peradaban,” kata Gus Yahya, sapaan akrabnya, saat konferensi pers di Hotel Shangri La, Minggu (5/1).

Dia mengungkapkan selama ini NU punya wacana besar tentang toleransi dan liberasi beragama. Namun, ada kekosongan besar dalam wawasan syariat yang valid terkait dengan konstruksi peradaban.
“Dengan muktamar itulah, kami hendak memulai satu perbincangan, satu wacana yang serius di kalangan ulama ahli fikih tentang bagaimana sebetulnya wawasan tentang masa depan peradaban itu dikaitkan dengan nilai-nilai syariat yang valid,” katanya.

Menurutnya, muktamar tentang peradaban yang akan diselenggarakan satu hari saja itu tentu tidak akan cukup. Meski begitu, diharapkan acara tersebut berhasil menggulirkan proses keilmuaan yang valid di antara ulama.

“Yakni tentang bagaimana dari sudut pandang syariat umat Islam dengan seluruh umat lainnya memperjuangkan masa depan peradaban yang lebih baik,” ujarnya.

Dalam acara tersebut, akan ada sekitar 60 ulama dari 40 negara yang sudah mengonfrimasi kehadiran mereka. “Selain ulama, nanti juga akan ada pengamat. Ada yang dari Amerika, Singapura,” tuturnya.

Untuk topik yang diangkat dalam acara tersebut cukup spesifik, yaitu tentang Piagam PBB di mata syariat Islam. “Itu yang kami diskusikan,” ucap Gus Yahya. (jpnn/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan