FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Sektor ekonomi Sulsel menjanjikan. Tumbuh impresif sejak pandemi.
Meski begitu, angka pertumbuhan juga terus dikejar inflasi. Bahkan, kenaikan inflasi telah mengalahkan angka petumbuhan ekonomi di Sulsel. Suatu kondisi dilema, antara senang dan waswas.
Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel kumulatif selama 2022 berada di angka 5,09 persen jika dibandingkan 2021 (c-to-c). Pada 2021, angka pertumbuhan 4,65 persen, dan pada 2020 di angka 0,71 persen. Artinya ada kemajuan dari sisi pertumbuhan.
Sebaliknya, inflasi pun demikian. Angkanya terus terkerek. Untuk Januari 2023, berada di angka 5,83 persen (y-o-y), padahal pada Desember 2022 di angka 5,77 persen. Posisi ini agak melampaui pertumbuhan ekonomi.
Meski begitu, inflasi jangan dijadikan momok. Semua pihak mesti mencari solusi agar tetap terkendali. Dengan begitu, angka tumbuh tidak terganggu oleh kenaikan harga yang tak terjangkau.
"Inflasi, sepanjang bisa dijaga supply dan demand komoditas akan berkontribusi pada pertumbuhan," urai Syamsu Alam, Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Makassar (UNM), kemarin.
Kenaikan harga sebenarnya biasa saja. Kalau standar pemerintah, inflasi di bawah dua digit itu relatif bisa dikendalikan. Sepanjang 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) berjalan.
Inflasi juga tidak cukup hanya dilihat dari angka-angka statistik ekonomi. Juga sangat erat kaitannya dengan kondisi psikologis. Persepsi masyarakat terhadap kenaikan harga rata-rata 5,83 persen beda-beda. Bagi masyarakat yang pas-pasan mungkin terasa sekali. Sebaliknya, bagi yang berpendapatan tinggi biasa saja.