FAJAR.CO.ID, JAKARTA— Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mengungkap dua faktor yang menyebabkan suatu aksi demo menjadi besar.
Hal itu diungkap Refly untuk menanggapi pernyataan dari Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie.
Grace mengatakan bahwa seandainya Anies Baswedan menang dalam kontestasi elektoral maka dua ormas terlarang yaitu Front Pembela Islam (FPI) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan melakukan demo besar-besaran.
Terkait hal tersebut, Refly memberikan pandangannya bahwa demo tidak akan pernah menjadi besar kalau tidak ditunggangi kepentingan elit politik.
Selain itu, sikap tidak netral aparat negara terutama Polri, Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan BIN, membuat aksi demo semakin membesar.
"Demo itu tidak akan pernah besar kalau tidak ditunggangi oleh elit-elit politik yang tidak pernah mau kalah. Itu satu. Yang kedua, kalau aparatur negara bersikap netral terutama dari TNI dan Polri serta BIN, maka tidak akan lama juga kerusuhan itu," ujar Refly, dikutip dari kanal YouTube pribadi pada Selasa (7/2/2023).
Oleh karena itu, aksi demo yang terjadi hingga membesar bukan karena rakyat tidak bisa menerima kekalahan melainkan ada elit politik yang bermain di sana.
"Jadi, bukan rakyat Indonesia yang tidak siap untuk menang dan untuk kalah, tapi elite dan juga bahkan pejabat-pejabat publik penguasa yang tidak pernah siap untuk kalah," jelas Refly.
Ahli hukum sekaligus pengamat politik ini kemudian mengatakan keyakinannya bahwa rakyat pasti menerima siapapun pemimpin yang terpilih selama pemimpin tersebut terpilih dengan cara yang baik.