Cerita Petani Bungku Timur Tanam Padi Pakai Metode SRI, Hemat Biaya 50 Persen, Panen Meningkat

  • Bagikan
Yusuf bersama beberapa petani dan pendamping CSR PT Vale saat panen padi SRI organik di Desa Kolono, Morowali. (Mirsan/Fajar)

FAJAR.CO.ID, MOROWALI— “Kalau dulu pakai pupuk kimia dan pestisida itu satu hektar lahan biayanya sampai Rp7 jutaan. Sekarang dengan sistem organik hemat sampai Rp3 juta,” kata Ketua Kelompok Tani Binaan PT Vale, Yusuf.

Yusuf saat ditemui awak media sedang melakukan panen di sawah miliknya pakai mesin Combine di lahan seluas 3.000 meter persegi di Desa Kolono, Kecamatan Bungku Timur, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Sabtu pagi (11/2/2023).

Jumlah petani yang kini tergabung dalam program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) melalui metode System of Rice Intensification (SRI) Organik PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) di sekitar Indonesia Growth Project (IGP) Morowali sekitar 21 orang.

Saat dibentuk tahun 2021, hanya 5 petani yang mau belajar bertani organik dengan pendampingan dari PT Vale. Saat ini sudah memasuki panen ketiga tanam metode SRI.

Yusuf bilang mereka kini sudah tak pusing cari pupuk kimia seperti Urea dan pestisida lagi. Sebab dengan pupuk kompos dari bahan yang didapat dari lingkungan sekitar, mereka bisa buat sendiri.

Untuk melawan hama dan gulma, petani juga dapat pengetahuan dari pendampingan PT Vale. Salah satunya membuat perangkat untuk walang sangit dari bekas botol air mineral.

“Ternyata tanaman di sekitar itu bisa dibuat kompos. Kami diajarkan mana tanaman yang bisa jadi pengganti pupuk Urea dan mana bisa dibuat pestisida alami,” jelasnya.

Soal hasil panen, Yusuf mengaku mengalami kenaikan drastis. Dari satu hektar sawah jika pakai cara konvensional hasilnya sekitar 3 ton. Dengan metode SRI, panennya 4-5 ton perhektar.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan