FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) terus mengupayakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak, serta menanggulangi stunting yang masih menjadi momok menakutkan bagi kesehatan nasional.
Bahkan, sepanjang pandemi Covid-19 tingkat kematian ibu terus meningkat.
Oleh karena itu perlu penguatan ketahanan pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama pelayanan kesehatan maternal neonatal, termasuk pelayanan kesehatan esensial.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan, angka kematian bayi dan balita di Indonesia masih jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain.
“Menanggapi tadi angka kematian bayi dan balita di kita (Indonesia) masih 2 digit angkanya, negara lain sudah 1 digit,” kata dr. Piprim dalam Pernyataan Sikap Ikatan Dokter Indonesia bersama 7 organisasi di bawahnya, Kamis (2/3/2023).
Namun jika melihat datanya, sekitar 65 persen hasilnya masuk dalam kategori lain-lain, yang artinya tidak diketahui penyebabnya.
Untuk mengetahui faktor yang ada di dalamnya, IDAI kerap melakukan audit kelahiran yang bekerja sama dengan beberapa stakeholder.
Dengan begitu, para dokter bisa mengetahui penyebab dan tatalaksana yang perlu dilakukan.
“Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan adalah audit kelahiran, jadi lain-lainnya itu ketahuan apa, karena kalau kita ingin melakukan penanganan ini kenapa, dan lain-lain itu kan tidak jelas, kita sedang audit dengan kerja sama dengan beberapa stakeholder, ketika kita sudah tahu, tatalaksananya juga lebih terarah,” tambah dr. Piprim.