FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Inflasi Sulsel turun. Meski demikian, angkanya masih tinggi untuk level menengah dan bawah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Sulsel Februari sebesar 5,65 persen (yoy). Turun dibandingkan Januari yang di angka 5,83 persen. Meski begitu, peluang naik lagi sangat terbuka.
Masalah kesenjangan akan terjadi jika tak segera ditekan. Kelompok ekonomi bawah dan menengah yang akan paling merasakan dampaknya. Kenaikan harga-harga menekan kelas lower middle income.
Pada periode saat ini, inflasi pasti akan merangkak naik dan ke depannya akan lebih tinggi lagi. Hal tersebut dikarenakan masuk dalam siklus menjelang Ramadan sampai dengan Lebaran, selalu berlangganan dengan kenaikan inflasi.
"(Inflasi naik karena) masyarakat memang menambah permintaannya," ujar Anas Iswanto Anwar, pakar ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Minggu, 5 Maret.
"Kemudian yang kedua banyak gangguan sekarang akibat iklim cuaca yang tidak mendukung. Cuaca itu bisa merusak produksi dan juga pasti akan mengganggu distribusi barang," sambung Wakil Dekan Bidang Kemitraan, Riset, dan Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas ini.
Pemerintah harus berperan untuk mengendalikannya. Kalau inflasi terus meningkat, konsekuensinya daya beli masyarakat akan terus turun. Dalam jangka panjang bisa berdampak luas terhadap masyarakat menengah ke bawah.
"Karena satu sisi pendapatannya kurang dan harga naik. Itu masalahnya," jelas lulusan magister di Griffith University Australia itu.
Memang ada komoditas atau produk yang menjadi leading sector dan menjadi penggerak inflasi. Selama ini yang menjadi penggerak di antaranya bawang, cabe, telur, minyak goreng, dan sembako. Kala sembako naik, komoditas lain yang tidak berpengaruh ikut-ikutan naik.