“Jadi gini menyangkut hilirisasi tidak semua negara di dunia itu terutama negara maju itu ikhlas melihat negara berkembang yang mempunyai sumber daya alam itu maju. Apa buktinya? Contoh kemarin kita di nikel. Nikel kita menyetop ekspor nikel itu tidak hanya dilihat bagaimana memberikan nilai tambah, tapi ini adalah kepedulian Indonesia dalam mewujudkan SGDs (Sustainable Development Goals),” ucap Bahlil.
Bahlil yang juga mantan ketua umum HIPMI itu menegaskan bakal melawan balik Uni Eropa yang menolak kebijakan larangan ekspor nikel Indonesia.
“Saya ngomong di hampir semua forum baik di Eropa, di mana-mana saya ngomong Indonesia tidak akan pernah gemetar atau takut sedikitpun tuntutan itu, kita hadapi,” ucap Bahlil.
Bahlil tidak peduli waktunya banyak dihabiskan untuk mengurusi gugatan di WTO. Ia merasa sudah menjadi tugasnya sebagai pembantu presiden ikut menyelesaikan permasalahan negara.
“Biasa saja, itu teknis. Menyita atau tidak menyita (waktu) kita sebagai pembantu presiden wajib mengabdikan diri kita kepada negara, enggak boleh kita ngeluh,” tegas Bahlil. (zak/fajar)