"Kita bosen dengan deklarasi relawan atau tim sukses, narasi dan janji-janji surgawi, apalagi yang menimbulkan perpecahan. Sebab itu, tulisan di kaos ini menjadi ungkapan pribadi pemakainya, tentang profil Pak Prabowo yang sudah kita kenal memiliki banyak kelebihan dan bisa dipertanggungjawabkan, terbukti dan dipercaya," katanya.
Sementara itu, pengamat politik dan sosial Apep Agustiawan mengapreasi langkah Fauzan.
Menurutnya, komunikasi dengan kaos dilakukan dengan cara yang cerdas dan cenderung inovatif.
Dalam penilaiannya, generasi milenial dan gen z, memiliki kelebihan intensifikasi terhadap akses informasi berkat penguasaan teknologi (media sosial).
Sehingga, mereka dapat mengakses beragam isu secara luas dan cepat.
Maka partai politik harus mampu beradaptasi dan inovatif dengan alam berfikir gen z terkini, supaya menjadi daya tarik.
Media sosial, dikatakannya lagi, juga menjadi opsi sarana untuk dimaksimalkan dalam menyampaikan pesan-pesan politik yang efektif. Dengan pemetaan target dan konten yang sesuai, apa yang disampikan bisa dicapai dengan baik.
"Dua manfaat sekaligus tercapai, penyebaran kaosnya dan politiknya. Pesan politik memang harus disampaikan dengan cara yang luwes, sesuai kebutuhan dan kedekatan yang pas. Bisa dikatakan betul-betul out off the box dalam menembus generasi milenial dan gen z yang dikenal tidak peduli politik," tuturnya. (Pram/Fajar)