FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI Syaikhul Islam dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana pemindahan Depo Pertamina Plumpang.
Hal ini dikarenakan sangat tidak realistis dan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Pakar energi Yusri Usman juga menilai relokasi depo tersebut tidak efisien.
“Relokasi Depo Pertamina Plumpang sangat tidak realistis, membutuhkan waktu dan biaya yang besar bahkan terkesan lebih kental nuansa politiknya,” ujar Syaikul dalam keterangan persnya, Kamis (9/3/2023).
Menurutnya, membuat zona penyangga di lokasi Depo Pertamina Plumpang merupakan opsi paling konkret yang dapat dilakukan, sekaligus membebaskan lahan masyarakat hingga jarak yang aman.
Senada dengan Syaikhul, Pakar energi, Yusri Usman pun menilai pemindahan Depo Pertamina Plumpang itu disefisiensi. Menurut analisanya, rencana tersebut akan memakan biaya sampai USD300 juta atau setara dengan Rp4,5 triliun.
Berbeda dengan anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade menanggapi peristiwa meledaknya depo Pertamina tersebut.
Andre menegaskan Komisi VI sudah memberikan peringatan kepada Pertamina sejak dua tahun terakhir. Peringatan itu terkait perawatan yang harus lebih intensif di depo dan kilang milik Pertamina mengingat usianya yang sudah tua.
“Kita juga harus memaklumi Depo Pertamina Plumpang ini sudah berusia tua ya, dibangun dan dioperasikan di tahun 1974 dan usianya juga sudah begitu tua," bebernya.
"Tentu dengan usia yang cukup tua itu ada resiko-resiko yang terjadi,” tutur Andre melalui virtual meeting di Media Center, Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (9/3/2023).