Rupiah Kembali Melemah, Diprediksi Makin Keok hingga Rp15.500 Per Dolar AS Pekan Depan

  • Bagikan
Ilustrasi

FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Setelah sempat menguat pada penutupan perdagangan Kamis (9/3), nilai rupiah kembali melemah hari ini, Jumat (10/3/2024). Pelemahannya mencapai 17 poin.

“Dalam perdagangan akhir pekan, mata uang rupiah ditutup melemah 17 poin, walaupun sebelumnya sempat melemah 35 point di level Rp15.450, dari penutupan sebelumnya (9/3) di level Rp15.432,” jelas Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi kepada fajar.co.id.

Ibrahim mengatakan, Senin depan (13/3/2023), rupiah diprediksi kembali melemah. Bahkan sampai ke level Rp15.000.

“Sedangkan untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp.15.430 - Rp15.500,” terangnya.

Ibra menjelaskan, pelemahan di akhir pekan ini, karena greenback melonjak setelah Ketua Fed Jerome Powell memberikan nada yang lebih hawkish daripada yang diperkirakan pasar pada kesaksian setengah tahunannya di depan Komite Perbankan Senat.

Data kemarin, kata Ibra, menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran telah meningkat paling banyak dalam lima bulan pada minggu lalu.

Hal Itu menyebabkan greenback menghentikan reli tajamnya karena para pedagang membatalkan beberapa taruhan bahwa suku bunga AS akan naik jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

“Harga berjangka sekarang menyiratkan peluang sekitar 52% bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, dibandingkan dengan 70% sebelum rilis data. Sementara itu, suku bunga A.S. diperkirakan akan mencapai puncak tepat di bawah 5,5% pada bulan Juli,” terangnya.

Lebih lanjut, ia bilang saat ini fokus sekarang beralih ke laporan nonfarm payrolls yang diawasi ketat pada hari Jumat, titik data utama berikutnya yang dapat memberikan petunjuk tentang langkah selanjutnya Fed untuk kebijakan moneter.

Menurut survei ekonom Reuters, nonfarm payrolls kemungkinan meningkat sebesar 205.000 pekerjaan pada bulan Februari setelah melonjak sebesar 517.000 pada bulan Januari.

“Laporan penggajian telah mengejutkan kami, saya pikir, sekitar 10 bulan berturut-turut sekarang, jadi itu menjadi tanda kekuatan nyata bagi ekonomi AS," kata Jarrod Kerr, kepala ekonom di Kiwibank.

"Ini sedikit membuat frustrasi The Fed. Mereka jelas banyak memperketat, berharap itu akan berpengaruh. Tapi kami telah melihat bangkit kembali di banyak indikator aktivitas dalam beberapa bulan terakhir. Jadi sepertinya pekerjaan itu tidak Selesai,” lanjutnya.

Ditinjau dari kondisi perekonomian Indonesia, Ibra mengakui memang ketidakpastian yang masih tinggi di tingkat global.

“Satu kabar baiknya, ekonomi Indonesia cukup resilien dalam menghadapi berbagai ketidakpastian tersebut. Buktinya pada tahun 2022 yang lalu, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,31 persen,” pungkasnya. (Arya/Fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan