Mendapati biaya makan yang tak terbayar itu, Dian didampingi RT setempat sempat mendatangi PT Waskita selaku kontraktor pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed. Sayangnya kala itu belum ada titik terang dan solusi dari badan usaha milik negara itu.
”Saya lapor ke RT kemudian didampingi ke PT Waskita waktu kantornya masih di sini (sekitar lokasi proyek). Saya bilang ke Waskita kalau saya dirugikan segini. Tapi Waskita bilang itu urusan dengan mandor,” tutur Dian.
Dian makin cemas ketika mendapati tiga mandor itu sudah angkat kaki dari proyek. Sang pemilik warung kemudian mencari kejelasan dari tiga mandor proyek yang masih memiliki tunggakan ongkos makan itu dengan menyambangi rumah masing-masing.
Dia minta kepastian dari para mandor itu terkait pelunasan tunggakan uang makan itu. Baca juga: Merasakan Kesejukan dan Kedamaian di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Kini Dian telah memegang secarik kertas berisi keterangan dari ketiga mandor itu untuk bertanggung jawab melunasi utang-utang di warung Restu Bunda itu.
Keterangan itu ditandatangani dan dilengkapi dengan meterai. ”Katanya karena belum menerima uang. Itu yang mereka sampaikan ke saya. Sudah ada kesanggupan dari mandor untuk melunasi, saya sudah pegang keterangan bermeterai. Sebetulnya pengin saya laporkan (ke polisi) takutnya nanti malah tidak kembali. Jadi ya saya tunggu saja niat baiknya. Semoga ya segera dilunasi,” jelas Dian.
Untuk menutup kebutuhan warung dan membayar lima pegawainya, Dian terpaksa menjual perhiasan emas hingga menggadaikan berlian seharga Rp17 juta. Itu masih belum cukup sehingga harus dibantu dana dari keluarga.