FAJAR.CO.ID -- Sebagai ulama dan sastrawan yang dikagumi semua kalangan, Buya Hamka diangkat pemerintah sebagai Pahlawan Nasional.
Namun, dia tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, dan memilih dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah demikian nama asli salah satu kader dari Persyarikatan Muhammadiyah ini. Dia memiliki jasa yang besar bagi bangsa Indonesia.
Saat Buya Hamka meninggal, bahkan sudah ada tiga ambulans yang menunggu, yaitu dari Yaysan Bunga Rampai, Rumah Gadang, dan pemeritah.
"Keluarga memilih untuk menggunakan ambulans dari Rumah Gadang dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, sesuai pesan Buya," kata Ali Akbar Hasyemi, cicit Buya Hamka di Jakarta, belum lama ini.
Menurut Akbar, Buya Hamka memilih dimakamkan di TPU Tanah Kusir agar bisa dekat dengan masyarakat dan dikunjungi kapan saja.
"Kalau untuk ziarah ke TMP Kalibata harus melewati berbagai proses perizinan," tuturnya.
Perjuangan Buya Hamka yang begitu besar dalam dunia Islam Indonesia adalah sebagai pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Selain itu, karya-karya Buya Hamka dalam berdakwah di antaranya adalah Tafsir Al-Azhar, Tasawuf Modern, dan Falsafat Hidup.
Kemudian, ada juga novel karya Buya Hamka seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau ke Deli, dan Di Bawah Lindungan Ka'bah.
Nah, perjuangannya dalam berdakwah demi kemerdekaan bangsa Indonesia, dirangkum dalam film Buya Hamka yang tayang pada 20 April 2023. (jpnn/fajar)