FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Askolani buka suara soal curhatan pengalaman putri sulung Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Alissa Qotrunnada yang diacak-acak petugas bea cukai di bandara.
Menurutnya, Bea Cukai telah menjadikan pengalaman tersebut sebagai masukan untuk perbaikan. Terlebih, kejadian itu telah dialami di tahun-tahun yang lalu.
“Tapi satu itu (pengalaman Alissa) menjadi bahan masukan kita untuk perbaikan. Tentunya, itu langkah konsisten yang sekarang dua tahun ini kita lakukan pembenahan reform di bea cukai dan dilaksanakan konsisten dari berbagai aspek mulai dari pelayanan, pemeriksaan, pengawasan, SDM, integritas. Itu kita lakukan, memang butuh waktu,” kata Askolani saat ditemui di Tempat Penimbunan Pabean (TPP) DJBC, Kawasan Industri Jababeka III, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/3).
Ia menyampaikan, perbaikan pelayanan tersebut tidak hanya dilakukan di bandara. Melainkan, juga dilakukan di pelabuhan besar, perbatasan, pesisir timur, dan di Cikarang. Hal itu dilakukan komperhensif, termasuk dengan upaya Bea Cukai untuk membangun sistem IT sehingga pelayanan bisa dilakukan secara online.
“Itu yang kami yakin bisa memitigasi risiko juga kita sudah mengarahkan pelayanan kita lebih ramah, lebih friendly, itu menjadi kewajiban kami untuk melakukan perbaikan ke depan,” ujarnya.
“Tentunya yang lalu adalah pengalaman yang lalu. Itu menjadi lesson dan untuk langkah perbaikan,” imbuhnya.
Terlebih, kata Askolani, Bea Cukai mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjaga kegiatan ekspor dan impor barang. Termasuk barang bawaan penumpang sehingga harus dijaga. Lantaran perbaikan butuh konsistensi, Askolani mengatakan pihaknya tidak akan segan untuk memberi hukuman kepada pegawai yang melanggar.