FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi solar yang wajib menggunakan QR Code ternyata tak serta merta diterima angkutan darat di Makassar. Khusunya pete-pete atau angkutan kota.
Hal itu disampaikan Ketua Organisasi Angkutan Daerah (Organda) Makassar Sainal Abidin, saat menjadi narasumber di program Meja Redaksi yang digelar Harian Fajar Official di Gedung Graha Pena, Selasa (28/3/2023).
“Pemberlakuan barcode di Sulawesi Selatan (Sulsel) ini sesungguhnya hampir ada gejolak sebenarnya di Makassar,” kisah Sainal.
Alasannya, karena sopir angkutan umum pada saat itu tak semua yang memiliki telepon genggam android. Desas desus yang beredar, pembelian menggunakan QR Code mesti mengunduh applikasi My Pertamina.
“Kira-kira 10 sampai 20 persen saja yang menggunakan HP android, sisanya mereka tidak punya android. Sehingga menurut mereka sebelumnya itu, dia tidak akan pernah mendapatkan BBM bersubsidi, karena tidak ada HP,” ujarnya.
Ternyata, setelah Organda mengomunikasikan dengan Pertamina, pihak Pertamina bersedia untuk melakukan pendaftaran buat mereka yang tidak mengguanakan android. Caranya, QR Code diunduh lalu di print.
“Barcode inilah yang digunakan sopir pete-pete di Makassar untuk diperlihatkan pada saat pengisian di SPBU. Sehingga tanpa ada HP pun bisa dapatkan BBM subsidi, dibanding dengan mobil pribadi lain, yang bisa kita hitung jari menggunakan QR Code,” jelas Sainal.
Karena komunikasi yang terbangun, Sainal menyebut lebih separuh sopir pete-pete telah memiliki QR Code. Bahkan lebih banyak dari kendaraan pribadi.
“Angkutan pete-pete itu sudah 60 persen lebih yang mendapatkan QR Barcode di seluruh kota Makasar. Kira-kira 1000 sampai 1500 kendaraan angkutan kota yang memiliki QR Code di seluruh Kota Makassar di seluruh jalur,” akunya.
“Sehingga masih ada kurang lebih 1000 yang perlu kami dorong lagi untuk bisa mendaftarkan ke SPBU. Karena sampai hari ini, SPBU masih melayani kami untuk pendaftaran,” tandasnya.
Hal itu dibenarkan Senior Supervisor Comm, Rel dan CSR Patra Niaga Regional Sulawesi Muhammad Iqbal Hidayatulloh. Ia mengaku bersyukur pihaknya bisa berkenalan dengan Sainal.
“Alhamdulillahnya kita kenal Pak Zainal. Ini kan sejak awal kita cari solusinya. Namanya program nasional, tidak mungkin berlaku di seluruh Indoesia kecuali Makassar,” ungkap Iqbal.
Iqbal bilang, keresahan para sopir saat wacana penggunaan QR Code akan diterapkan memang nyaring terdengar. Salah satu protesnya karena tak semua menggunakan telpon genggam yang mendukung.
“Keresahannya, karena wajib menghunakan pake handphone. Makanya kita pakai booth untuk daftat, bahkan ada satu posko khusus Organda,” terangnya.
Di booth pendaftaran itu, jelas Iqbal, para calon konsumen BBM subsidi yang tak punya telepon genggam android diberikan alternatif. (Arya/Fajar)