Jika benar penolakan tersebut adalah agenda partai dengan harapan jika Israel dicekal untuk berlaga di Piala Dunia U-20 2023, akan dapat diklaim sebagai pencapaian kader-kader partai tersebut maka hal ni dapat dipandang bahwa PDIP sedang memainkan instrumen kognisi sosial dalam melebarkan potensi pemilih mereka.
Albert Bandura dengan teori pembelajaran sosialnya berpendapat bahwa pengetahuan individu dapat berlangsung dengan cara mengamati orang lain dalam konteks interaksi sosial, pengalaman serta pengaruh media luar lainnya. Masyarakat luas yang menyerap informasi dengan pembelajaran sosial ini akhirnya membentuk kognisi sosial dan melakukan kategorisasi nilai dan atribut pada isu yang ada.
Kognisi sosial dalam konteks penolakan Israel oleh dua gubernur kader PDIP dapat menghasilkan kategorisasi bahwa PDIP menolak Israel sementara yang lainnya tidak menolak.
Kategorisasi yang dihasilkan dari kognisi sosial sebagai "partai yang menolak Israel" tersebut akan berujung pada penerapan identitas sosial oleh individu-individu dalam masyarakat.
Dalam teori Identitas Sosial disebutkan bahwa individu cenderung mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dan mencari afiliasi dengan kelompok tersebut.
Berdasarkan teori tersebut maka sangat memungkinkan kelompok-kelompok konservatif agama yang selama ini sangat membenci Israel akan merasa satu kubu dengan PDIP. Potensi ini dapat dikelola untuk melebarkan basis elektoral partai tersebut, meski kemudian terjadi polarisasi akibat realita yang terjadi malah Indonesia yang digugurkan sebagai tuan rumah. Bola memang bundar, segala kemungkinan bisa terjadi. (*)