FAJAR.CO.ID, MAROS--Ada pemandangan tak biasa terjadi usai Presiden RI Joko Widodo meresmikan Depo Kereta Api (KA) dan berkunjung ke Stasiun Rammang-rammang di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Maros, kemarin.
Saat hendak melanjutkan kunjungan berikutnya ke Desa Pajukukang di Kecamatan Bontoa, puluhan warga Desa Salenrang berkumpul di depan Stasiun Kereta Api Rammang-rammang. Mereka hendak menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada Jokowi.
Akibatnya, Jokowi yang sudah naik ke mobil, turun kembali. Dia menyempatkan berbincang dengan salah seorang warga, Daeng Lahumma. Awalnya, warga lain mengira kalau Daeng Lahumma berniat menemui presiden karena ingin mendapatkan sembako yang dibagikan.
Saat hendak diberi paket sembako, Lahumma pun menolak pemberian itu. "Bukan ini kumaui," tegasnya.
Lahumma mengaku kalau luas lahannya yang terkena pembangunan proyek kereta api kurang lebih 15 are. Sayangnya, hingga saat ini belum terbayarkan.
"Lahanku kurang 13 meter 15 are. Belum ada terbayarkan sama sekali. Padahal sudah ditimbun oleh pihak kereta api. Ini yang saya sampaikan ke Pak Presiden," tegasnya.
Dia menjelaskan kalau awalnya lahannya dihargai sekitar Rp64 ribu per meter. Namun ia menolak, sebab harga itu dinilai terlalu murah, maka dirinya enggan menjual.
Meski menolak, lahannya tetap ditimbun untuk membangun rel kereta api.
"Bukan cuma saya. Masih ada juga warga lain. Saya punya surat-surat tanah yang lengkap. Tapi mereka tidak mau ganti rugi dengan harga yang tepat," ungkapnya.
Warga lainnya, Hasma juga mengaku belum menerima uang pembebasan lahannya. Padahal sawah seluas 2 are miliknya juga sudah diambil dan ditimbuni. Diakuinya lahannya hanya ditawari dengan harga Rp80 ribu per meter. Dia menolak, karena harga tersebut jauh di bawah harga kala dia membeli.