FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Peristiwa penyerangan dan pengrusakan kantor Polisi, Pos Lantas, dan masjid di Kota Makassar oleh Orang Tak Dikenal (OTK) cukup menarik perhatian publik.
Kapolda Sulsel, Irjen Pol Setyo Boedi Moempoeni Harso bersama Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen Totok Imam Santoso, langsung turun meredam kasus tersebut.
Pengamat Hukum UIN Alauddin Makassar, Rahman Syamsuddin, kepada fajar.co.id mengatakan, sudah tepat langkah yang ditempuh kedua pimpinan tersebut.
"Jika terjadi hal demikan maka ada konflik yang tidak bisa diselesaikan antara lembaga ini. Pangdam dan Kapolda yang baru harus menyelesaikan konflik yang terjadi. Jika tidak, rasa takut masyarakat dan ketidakpercayaan kepada penegak hukum akan muncul," ujar Rahman, Minggu (16/4/2023).
Dikatakan Rahman, arogansi dua lembaga tersebut harus dikurangi, Kepolisian dan TNI dapat dibekali sikap profesional seperti untuk mencapainya harus ada benih the seed of leadership.
"Melahirkan pimpinan yang tidak hanya ditakuti, tetapi juga lebih bisa mendengar, melatih, dan memberi dorongan kepada bawahannya," lanjutnya.
Selain itu, dituturkan Rahman, Polisi dan TNI harus dibekali ilmu pengetahuan cukup, kreativitas harus dilatih dan dikembangkan untuk semua jajarannya.
"Harus memiliki kemampuan memecahkan masalah, personel berasal dari multietnis dan budaya, senantiasa dilatih mengendalikan kekuatan, serta senantiasa dilatih dekat dengan masyarakat. sehinggga konflik 2 lembaga ini tidak terulang," tukasnya.
Sebelumnya, Bersama Pangdam XIV/Hasanuddin, Kapolda Sulsel sepakat turun gunung mendamaikan peristiwa penyerangan dan perusakan kantor dan pos Polisi di Makassar, Jumat (14/4/2023) dini hari kemarin.