FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mudik menjadi hal yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Momen mudik ini menjadi kesempatan untuk berkumlul dengan sanak keluarga di hari lebaran.
Mudik tentu menjadi hal yang sangat membahagiakan. Namun, momentum mudik setiap tahunnya diwarnai dengan kecelakaan lalu lintas yang tidak jarang merenggut nyawa pemudik.
Hal ini tentunya menjadi mimpi buruk bagi setiap pemudik. Tahun 2023 ini Kepolisian Republik Indonesia mencatat kasus 1.457 kasus kecelakaan lalu lintas selama arus mudik. Jumlah korban tewas mencapai 189 jiwa.
Dokter spesialis penyakit dalam Prof. Dr. Zubairi Djoerban menyorotu hal ini. Menurutnya jumlah ini sangat banyak terlebih arus balik belum mulai.
"Pemudik yang harusnya berurusan dengan kebahagiaan, yang dihadapi malah kematian. Sudah 189 jiwa meninggal, padahal belum arus balik. Bahkan tahun 2019 ada 824 yang meninggal "Sementara 2022 ada 441 korban," tulisnya dikutip Selasa (25/4/2023).
Tentu ini menjadi masalah besar dengan jumlah yang semakin meningkat setiap tahunnya. Menurutnya hal ini bisa dicegah dengan perencanaan kompeten.
"Ini masalah besar, & harusnya bisa dicegah dengan perencanaan kompeten," sambungnya.
Tidak hanya angka akibat kecelakaan yang menjadi faktor tingginya korban meninggal saat mudik. Faktor lainnya seperti kelelahan pada saat para pemudik terjebak kemacetan.
Hal seperti ini terus menerus berulang. Kata Prof. Zubairi, pemudik mengalami 'membeku' akibat kemacetan.
"Saya merasa hal ini bisa dicegah, karena tiap tahun ya pasti ada Lebaran, dan angka kematian perjalanan mudik yang tinggi itu terus berulang. Belum lagi melihat pemberitaan, di mana para pemudik itu “membeku” karena terjebak kemacetan. Dan lagi-lagi ya berulang. Menyedihkan," pungkasnya. (Elva/Fajar).