FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Akademisi Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto menyoroti kasus dugaan ancaman pembunuhan yang dikeluarkan seseorang yang diduga peneliti BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin kepada warga Muhammadiyah.
Luhur menyebut perbedaan penetapan 1 Syawal yang menjadi latar belakang munculnya ancaman itu harusnya dihormati oleh semua pihak. Bukan malah diperdebatkan sampai keluar kata-kata ancaman ke kelompok lainnya.
"Bangsa ini dibangun atas mozaik perbedaan. Perbedaan itulah membentuk khazanah keIndonesiaan," kata Luhur ke[ada Fajar.co.id, Selasa (25/4/2023).
Luhur menyebut apa yang disampaikan ASN di BRIN itu sesungguhnya merupakan ancaman atas perbedaan dan kemajemukan.
"Dari sisi kebijakan negara, ancaman ini menjadi arus balik atas program-program moderasi dan deradikaliasi berbasis negara. Sejauh ini, begitu besar sumberdaya negara yang dimobilisasi untuk menghalau pikiran, sikap dan perilaku intoleran dan radikal pada perbedaan," jelasnya.
Luhur juga menyoroti pandangan intoleran dan radikal yang selama ini digaungkan kelompok sekitar istana harus ditinjau kembali.
"Tindakan APH ini, memberi pesan penting bahwa stereotyping intoleran dan radikal yang selama ini disematkan pada kelompok tertentu, perlu ditinjau kembali," sebutnya.
"Ternyata sikap dan perilaku intoleran dan radikal juga masih bersemayam di institusi negara," sambungnya.
Luhur berharap warga Muhammadiyah bisa merespons dengan baik pernyataan APH itu. Dirinya berharap aparat penegak hukum dan instansi oknum tersebut bisa bertindak.