FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Gelombang panas yang terjadi beberapa pekan terakhir tidak hanya dirasakan penduduk Asia, tapi juga sebagian wilayah Eropa. Secara global, selama delapan tahun terakhir, telah tercatat rekor suhu terpanas.
Cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas, diperkirakan akan lebih sering dan intens seiring percepatan perubahan iklim.
Emisi gas rumah kaca terus meningkat pada 2022 dan suhu setidaknya 1,1 derajat Celsius lebih tinggi sejak masa praindustri.
Salah satu penyebab cuaca panas tahun ini adalah fenomena El Nino yang dikaitkan dengan suhu permukaan laut yang lebih hangat di wilayah tropis Pasifik dan suhu global yang lebih tinggi. Fisikawan iklim di Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research, Jerman, Helge Goessling menjelaskan bahwa karena adanya El Nino, kemungkinan rekor suhu panas global baru akan tercipta pada 2023 atau 2024.
"Sebagian besar Asia Tenggara, India, Tiongkok, Australia, serta Amerika Utara dan Selatan mungkin dipengaruhi El Nino dengan kecenderungan gelombang panas yang lebih kuat dan ada peningkatan pencairan gletser,’’ ujarnya seperti dikutip AFP.
Para ilmuwan mengatakan, pemanasan global memperburuk cuaca buruk. Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa setiap peningkatan pemanasan global akan mengintensifkan bahaya ganda dan bersamaan. Sepanjang 2022, gelombang panas alias heat wave telah memakan korban 15.700 nyawa. Di Eropa, gelombang panas mulai terjadi di Spanyol. Suhu di negara tersebut sudah mencapai 40 derajat Celsius.