FAJAR.CO.ID, JAKARTA— Pihak keluarga Kasat Narkoba Polres Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu membantah yang bersangkutan dianggap bunuh diri. Hal itu sehubungan dengan jasad AKBP Buddy yang ditemukan di rel kereta api Jatinegara, Jakarta Timur.
Menurut Paman dari AKBP Buddy, Cyprus A. Tatali, tak ada indikasi sakit jiwa ataupun keadaan ekonomi dan keluarga yang tak baik-baik saja hingga membuat keponakannya memutuskan bunuh diri.
Oleh karena itu, pihak keluarga menolak pernyataan polisi yang menduga ada indikasi bunuh diri sehingga AKBP Buddy ditemukan meninggal dunia. Berikut adalah beberapa kecurigaan pihak keluarga atas kematiannya.
- Ada keterlibatan mafia narkoba
Pihak keluarga Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu menduga ada keterlibatan mafia narkoba dalam kematian yang bersangkutan. Pasalnya, ada beberapa kejanggalan dari kematian AKBP Buddy di luar dugaan bunuh diri.
"Kami menduga karena ada jabatan baru mungkin, ada yang diduga dia mau sidik, kan kasat narkoba, kan narkoba di situ kan berhadapan di situ mafia, pelaku-pelaku mafia," ujar Paman AKBP Buddy, Cyprus A. Tatali kepada wartawan, Minggu (30/4)
Pasalnya, ia mengatakan bahwa tidak mungkin dan tidak logis jika keponakannya itu tewas lantaran bunuh diri. Semua hal yang tersangkut dengan AKBP Buddy, katanya, berjalan dengan baik-baik saja.
"Jadi begitu yang memunculkan kecurigaan itu karena semua berjalan sehat, keluarga baik, soal ekonomi tidak mungkin mati lapar," tegasnya.
- Menerima telepon dari orang lain sebelum tewas
Cyprus menyebutkan bahwa Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur AKBP Buddy Alfrits Towoliu menerima telepon dari orang misterius satu jam sebelum kematiannya. Hal itu menurut keluarga ada hubungannya dengan kematian AKBP Buddy.