FAJAR.CO.ID, PAREPARE— Masih butuh ikhtiar mewujudkan KA Sulsel. Barru ke Parepare diperkirakan butuh Rp5 triliun.
Rel Kereta Api (KA) Sulsel belum sepenuhnya rampung. KA sejauh ini baru menghubungkan Maros-Pangkep-Barru. Sebagai rencana awal, KA Sulsel menghubungkan Makassar-Maros-Pangkep-Barru-Parepare.
Artinya, dua kota belum terhubung, yakni Makassar dan Parepare. Khusus untuk Makassar-Maros, pengerjaannya masih terkendala pembebasan lahan dan permintaan opsi rel dengan konsep layang (elevated) oleh Pemkot Makassar. Sementara rute Barru-Parepare, memang belum disentuh.
"Secara kalkulasi, rel KA itu membutuhkan lebar 50 meter," kata Jumardi, Kepala Pusat Kebijakan Keselamatan dan Keamanan Transportasi Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan, usai sosialisasi kebijakan dan strategi perkeretaapian Makassar-Parepare di Hotel Bukit Kenari Parepare, Rabu, 10 Mei.
Salah satu kendala yang dihadapi Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulsel untuk rute Makassar-Maros adalah lahan yang belum bebas. Anggarannya diperkirakan besar. "Jadi kalau misalnya ada jalur sepanjang 50 kilometer, maka itu dikalikan saja," jelasnya
Usulan Wali Kota Makassar dengan konsep rel KA elevated atau layang khusus jalur Makassar ikut ditanggapi. Akan tetapi, opsi ini masih terus dalam kajian bersama pakar.
Kendati demikian, pengerjaan rel KA memang terdapat tiga jenis teknologi kontruksi. Selain layang, juga ada rel menempel di tanah atau bawah (at grade), dan terowongan (underground). Ketiga teknologi kontruksi ini jelas membutuhkan anggaran berbeda-beda.
Perbandingan pengerjaan jalur KA at grade dan elevated 1:4. Artinya, layang membutuhkan anggaran empat kali lipat dibandingkan bawah.
"Jadi kalau misalnya kita bangun rel KA 1 kilometer dengan konstruksi at grade dengan anggaran Rp50 miliar, maka pengerjaan dengan kontruksi elevated itu menelan anggaran Rp200 miliar," ungkap Jumardi.
Sementara, rel KA dengan kontruksi terowongan dianggap lebih banyak memakan anggaran dengan perbandingan 10. Artinya, pengerjaan jalur KA membutuhkan Rp500 miliar untuk 1 kilometer saja.
"Jadi kami ikut memperjelas alasan rel KA hingga saat ini belum sampai ke Parepare. Geografis Parepare itu didominasi pegunungan. Kalau kita mempertahankan jalur kereta api lurus, maka opsinya jelas kontruksi terowongan," sambungnya.
Setidaknya Parepare memerlukan rel KA kurang lebih 27 kilometer. Sayangnya, jalur itu tidak sepenuhnya mampu dibangun dengan kontruksi darat.
Hal itu dibuktikan jika ingin sampai ke Kecamatan Soreang Parepare, maka membutuhkan terowongan kurang lebih 3,5 kilometer. Artinya, di Parepare memerlukan anggaran Rp1,75 triliun dengan kontruksi terowongan.
"Pengerjaan di Parepare khusus rel kereta api terowongan membutuhkan anggaran hampir mencapai Rp2 triliun. Ditambah jalur darat sekitar 22 kilometer dengan anggaran Rp1,1 triliun. Makanya, Parepare ditaksir memakan anggaran hampir mencapai Rp5 triliun. Ini secara estimasi," katanya lagi.
Maka dari itu, pihaknya masih mengkaji persoalan ini bersama para pakar dan terkait dengan proses pengerjaan sedianya memiliki nilai ekonomis. Sebab, jika kontruksi terowongan jadi pilihan, dipastikan tidak akan berdampak ekonomis karena berada di dalam terowongan.
"Kalau kita belokkan jalur ke dekat Pelabuhan Parepare dengan menyusur laut, maka jalur selanjutnya akan tetap sama, membentur gunung di kawasan Mamuju, Sulbar. Bahkan bukit di sana lebih panjang lagi sepanjang 5 kilometer. Anggarannya pun akan lebih besar lagi," tegas Jumardi.
Hubungkan Sulawesi
Di sisi lain, Analis Kebijakan Utama Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, Umar Aris meluruskan jika pengerjaan oleh pemerintah pusat ialah Trans-Sulawesi Railway. Jalur yang akan menghubungkan Sulsel dengan provinsi di Sulawesi lainnya.
Pria yang akrab disapa Aris itu juga tak menampik pengerjaan KA Makassar-Parepare belum sepenuhnya rampung. Namun, mereka berpikir keras bagaimana pengembangan dan strategi agar mampu mengoptimalkan rel KA api Makassar-Parepare.
"Proyek KA ini memang sangat potensial. Terdapat nilai-nilai potensial dari sektor pariwisata. Tentu dampaknya akan lebih menggerakkan laju pertumbuhan ekonomi di daerah. Paling penting adalah sinergitas dan kolaborasi. Baik dari pemda, pusat dan terkait lainnya," harapnya.
Anggota Komisi V DPR RI Muhammad Aras menyebut hadirnya transportasi kereta api akan makin melengkapi moda transportasi di Sulsel. Sehingga, diharapkan terkoneksi dengan transportasi lain.
Alasannya, kehadiran moda transportasi kereta api akan mengurangi biaya transportasi bagi masyarakat. Termasuk mampu menaikkan kesejahteraan bilamana pemda ikut menyiapkan sarana lainnya.
Sektor pariwisata, misalnya. Sektor ini dianggap akan lebih berkembang karna transportasinya lebih efisien dan murah. Bahkan hingga saat ini pengoperasian KA Maros-Pangkep-Barru masih digratiskan.
"Makanya kami juga sementara meminta mereka agar menentukan tarif pada saat nantinya berfungsi dengan baik namun tidak mahal. Maksimal kita harapkan Rp5.000 saja," ucap legislator dari Dapil Sulsel 2 itu.
Hadirnya pelbagai moda transportasi di Sulsel mampu memberikan perkembangan pariwisata bagi Sulsel. Karena itu, DPR terus mendukung baik, khususnya dari anggaran.
"Kami sebagai anggota DPR RI tentunya terus men-support dari segi anggaran, kebijakan, maupun pengawasan. Sehingga betul-betul apa yang nanti jadi kewajiban negara dalam memberikan infrastruktur memadai bagi masyarakat bisa terlaksana dengan baik," ujarnya.
Pihaknya pun terus mendorong agar percepatan rel kereta api segera rampung khususnya jalur Makassar-Parepare. Terlebih memfokuskan pembebasan lahan di daerah Makassar maupun Parepare nanti.
"Kami terus mendorong agar secepatnya tuntas. Termasuk mempercepat proses pembebasan lahan. Setelah itu, kami tentunya akan mendukung saat seluruh persyaratan dasar terpenuhi maka tidak ada lagi alasan bagi kami untuk tidak mensupport anggaran," kata anggota Fraksi PPP DPR RI itu. (muh/zuk/fajar)