FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok peretas atau hacker LockBit mengklaim telah meretas sistem teknologi informasi Bank Syariah Indonesia atau BSI. Selain BSI, sejumlah perusahaan internasional juga mendapat serangan siber berupa peretasan data oleh LockBit tetapi menolak bayar tebusan.
Ransomware merupakan perangkat lunak yang digunakan hacker atau peretas untuk mengenkripsi folder atau file sistem suatu organisasi target. Terkadang data juga dapat dieksfiltrasi (diekspor).
Permintaan tebusan atau permintaan pembayaran sering kali menyusul peretasan data. Permintaan tebusan ini sebagai pertukaran untuk kunci dekripsi dan jaminan bahwa data yang disandera akan dihapus atau tidak akan dipublikasikan di dark web atau dibagikan dengan orang lain.
Serangan ransomware dapat menyebabkan pelanggaran data pribadi, tetapi ini mungkin hanya satu dari beberapa risiko bisnis.
Melansir Guardian, sebagian besar grup ransomware cenderung beroperasi dari Eropa timur, bekas Republik Soviet dan Rusia. Kelompok peretas atau hacker LockBit termasuk salah satunya.
Seorang warga negara ganda Rusia dan Kanada, Mikhail Vasiliev didakwa oleh Departemen Kehakiman AS pada
November lalu atas dugaan partisipasi dalam kampanye ransomware LockBit.
LockBit disebut telah dikerahkan terhadap setidaknya 1.000 korban di AS dan di seluruh dunia telah menghasilkan setidaknya USD 100 juta dalam tuntutan tebusan dan telah mendapatkan puluhan juta dolar dalam pembayaran uang tebusan.
Sebelum meretas aplikasi mobile BSI dan sistem informasinya, kelompok hacker LockBit telah meretas sejumlah perusahaan internasional lainnya.