FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- UPTD PPA Makassar mencatat, sedikitnya 12 anak-anak yang masih duduk di bangku SMP terlibat pada praktek penjualan anak di dalam bentuk eksploitasi seksual.
Kepala UPTD PPA Makassar Muslimin mengatakan, para anak-anak tersebut melakukan perbuatan terlarang itu atas kesadaran pribadi dan mengetahui apa yang dia lakukan.
"Ini agak menarik yah, hasil assessmen kami di sini, tidak semua karena faktor ekonomi," ujar Muslimin saat ditemui di kantornya, Selasa (16/5/2023).
Muslimin menyebut, pada beberapa kasus yang ditangani pihaknya bukan ditengarai faktor ekonomi.
"Di beberapa kasus yang kami tangani, termasuk anak-anak yang kemarin itu, bukan persoalan ekonomi," sebutnya.
Diceritakan Muslimin, anak-anak yang terjerumus tersebut justru berasal dari keluarga yang mampu.
"Hanya misalnya sekedar kebutuhan wajib, itu bisa dipenuhi orangtuanya. Tetapi, ini kan gaya hidup anak-anak sekarang berubah," ungkapnya.
Di usia SMP seperti itu, kata Muslimin. Mereka sudah mengenal dunia hedonisme. Gaya hidup, itu juga yang menjadi pemicu. Pergaulan dan dibantu kemudahan teknologi informasi.
"Kalau yang lalu itu kan selalu kita dapat dengan yang mengeksploitasi, mucikarinya. Kalau sekarang, susah didapat anak-anak yang mereka sudah praktek mandiri. Jadi, teman jual teman," tukasnya.
"Anak-anak juga yang jual temannya. Ini juga menjadi kekhawatiran kita. Itu yang susah kita putus. Kalau misalnya digerakkan oleh mucikari, itu kan mudah," sambung dia.
Lanjutnya, dari hasil interogasi anak-anak yang terjaring eksploitasi itu, ada yang mengaku orang lain dan justru tidak dikenal yang melakukan cek in itu di hotel.