FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Pengembangan sumber energi panas bumi Kamojang di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi bagian penting dari perjalanan pemanfaatan energi berkelanjutan di Tanah Air.
Di lapangan Kamojang ini terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Kamojang. Pembangkit geotermal pertama di Indonesia ini tetap aktif sampai sekarang meskipun sudah beroperasi selama 40 tahun, melampaui usia rata-rata pembangkit listrik pada umumnya yakni 30 tahun.
Bahkan, kegiatan eksplorasi panas bumi di kawasan Kamojang sesungguhnya sudah dilakukan hampir satu abad yang lalu, tepatnya sejak 1926. Saat itu, pemerintahan kolonial Belanda mendatangkan para insinyur dan peneliti dari Negeri Kincir Angin untuk mengebor sejumlah sumur panas Bumi di Kamojang.
Melansir ANTARA, Kegiatan pengeboran sumur panas bumi oleh pemerintah Hindia Belanda terhenti pada 1928. Meski begitu, jejak sumur-sumur panas Bumi peninggalan Belanda masih utuh hingga kini dan menjadi lokasi wisata yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA).
Lokasi sumur yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan dikelilingi hamparan hutan pinus, menjadi spot favorit wisatawan untuk berfoto. Uap geotermal Kamojang juga dipercaya memiliki khasiat untuk mengobati beberapa penyakit.
Tidak hanya itu, salah satu sumur peninggalan Belanda ada yang diberi nama unik, yaitu Kawah Kereta Api. Kawah ini sampai sekarang masih aktif. Saat disambangi pada Rabu (17/5/2023), terlihat kepulan uap dari lubang kawah terus menyembur tanpa henti dengan tekanan yang cukup kuat, diiringi suara bising mirip bunyi kereta api uap. Mungkin karena itu, sumur yang dibor oleh Belanda dengan kedalaman 60 meter ini diberi nama Kawah Kereta Api.