Pengamat dari Universitas Hasanuddin, Ishaq Rahman menyatakan secara kuantitatif, persaingan di setiap dapil sangat ketat.
"Khusus di Dapil Makassar B, dari 108 bakal caleg yang mendaftar, hanya terdapat 6 kursi yang diperebutkan. Artinya, tingkat keketatan mencapai 5,5 persen," ujar dia.
Ishaq mengatakan, akan terdapat sekitar 102 caleg yang tidak berhasil meraih kursi. Untuk itu, dia berharap proses pertarungan dapat berlangsung rasional dan sehat sehingga enam caleg yang dihasilkan adalah figur terbaik dari yang terbaik. Untuk itu, figur-figur bacaleg harus memastikan bahwa mereka memiliki keunggulan dan kompetensi yang memang layak ditawarkan kepada pemilih.
"Selain keterkenalan, bacaleg harus merancang program yang menyentuh kepentingan rakyat, khususnya di Dapil Makassar B. Bacaleg harus rajin turun ke masyarakat, menyerap aspirasi, dan mendesain program yang relevan," imbuh dia.
Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI), Nursandy Syam menyebutkan bahwa Dapil Makassar B lebih ketat pada persaingan kader internal.
"Kuota kursi di Dapil Makassar B yang lebih kecil dibandingkan Dapil Makassar A praktis akan membuat persaingan sesama caleg di internal partai akan lebih tajam," kata Nursandy.
Menurut dia, di Dapil Makassar B sudah ada preseden sebelumnya. Pertarungannya bukan hanya hingga ke TPS tetapi berlanjut pasca rekapitulasi suara.
"Contohnya yang terjadi di Gerindra dan PDI Perjuangan. Sesama caleg internal saling jegal dengan mengesampingkan variabel dukungan suara terbanyak," ujar dia.