Sudah Cabut Laporan Polisi, Siswi SMA di Tasikmalaya Diduga Malah Diintimidasi Orang Tua Pelaku

  • Bagikan
Postingan Akun instagram @Joelianaaaaaa yang menceritakan penganiayaan yanh menimpa putrinya oleh teman sekelasnya

FAJAR.CO.ID -- Laporan polisi kasus penganiayaan seorang siswi yang dilakukan oleh siswa teman sekelasnya di SMA Tasikmalaya sebenarnya sudah dicabut. Namun, orang tua korban meradang dan melaporkan kembali kasus penganiayaan itu karena anak gadisnya diduga diintimidasi orang tua pelaku.

Kasus dugaan penganiayaan ini mencuat setelah orang tua APR, salah seorang siswi kelas XI SMA di Tasikmalaya, Jawa Barat, mengunggah sebuah foto di akun Instagram @Joelianaaaaaa. Foto itu memperlihatkan wajah APR yang terluka di pelipis kiri.

APR diduga menjadi korban penganiayaan teman sekelasnya, seorang pria berinisial ARP (17). Kejadiannya pada Selasa (16/5) lalu.

Orang tua korban melaporkan kasus dugaan penganiayaan itu ke Polres Tasikmalaya dengan nomor laporan LP/B/157/V/2023/SPKT/POLRES TASIKMALAYA KOTA/POLDA JAWA BARAT pada 16 Mei 2023.

"Saya minta keadilan pihak sekolah dan juga meminta mediasi dari pihak Humas Polres Tasikmalaya Kota," tulis Yuliana.

Setelah dimediasi, orang tua korban, Yuliana mengaku sudah sepakat berdamai dan mencabut laporan polisi.

Hanya saja, Yuliana kembali meradang. Betapa tidak, setelah kejadian, pihak sekolah memanggil korban dan pelaku beserta orang tuanya. Akan tetapi orang tua korban justru tidak dipanggil.

Yuliana mengaku kondisi itu tidak adil. Apalagi, saat pertemuan tersebut, orang tua pelaku diduga malah menyalahkan korban. Bahkan, Yuliana menilai anaknya telah diintimidasi orang tua pelaku.

Dia kemudian mengunggah kronologi kejadian dengan bukti rekaman anaknya diintimidasi pihak sekolah dan orangtua pelaku. Yuliana menulis bahwa pelaku merupakan anak pejabat di Inspektorat Jenderal (Irjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Anak wanita saya menjadi korban kekerasan (pemukulan) dari siswa (laki laki) bernama AR. Saya heran dengan pihak sekolah SMA Negeri Kota Tasikmalaya, kenapa tidak melakukan perlindungan terhadap korban wanita dan cenderung membela pelaku???" tulis Yuliana Puspitasari (36), di akun Instagram miliknya.

Yuliana mengaku mengunggah kasus penganiayaan ke media sosial karena anak gadisnya telah diintimidasi.

Namun, keluarga korban memutuskan mengunggah kasus itu ke media sosial karena APR diduga dintimidasi oleh orangtua pelaku.

"Sebenarnya dari awal saya sudah mencabut laporan, sudah islah dan berdamai. Namun, Jumat siang (18/5), saya ada rasa kecewa dari pihak ibunya terlapor yang mengintimidasi anak saya dengan membuat forum sendiri tanpa mengundang kami sebagai orang tua korban," kata Yuliana.

"Dan keheranan saya terjawab hari ini, anak saya dipanggil ke ruangan guru oleh pihak sekolah dan orang tua pelaku. Menurut saya pertemuan hari ini sudah tidak fair, pelaku (ortu) vs korban (anak),” ujarnya dalam unggahan di Instagram, Minggu, 21 Mei 2023.

"Kesimpulan yang saya terima dari rekaman anak saya selama pertemuan, ternyata orang tua pelaku merupakan orang berpengaruh dan pejabat di Inspektorat Jenderal Kemendikbud,” katanya di akun instagram @joelianaaaaa.

Paur Humas Polres Tasikmalaya Kota, Ipda Jajang Kurniawan, menyebut penyelidikan kasus dugaan penganiayaan oleh anak pejabat masih berjalan.

Kepala SMAN 1 Tasikmalaya, Yonandi, mengungkapkan, peristiwa penganiayaan ini terjadi ketika para siswa sedang bercanda di kelas. Saat itu masih jam pelajaran. Nah, ketika pergantian guru, terjadi keselahpahaman antar pelaku dan korban.

Yonandi mengaku sudah melakukan penyelesaian kasus dugaan penganiayaan itu dengan melakukan pertemuan virtual Zoom Meeting. Menurutnya, pertemuan itu disaksikan oleh pihak dari Inspektorat Jenderal Kemendikbud.

"Sudah islah, damai kepada kedua belah pihak," kata Yonandi.

Dia menepis anggapan bahwa orang tua siswa pria yang telah menganiaya siswa perempuan merupakan pejabat Itjen Kemendikbud. Jabatan orang tua pelaku adalah pengawas di salah satu balai di Pemprov Jawa Barat.

Yonandi juga membantah ada intimidasi oleh orang tua pelaku kepada korban. Menurutnya, kedatangan orang tua pelaku ke sekolah sebenarnya untuk meminta maaf.

Dia mengakui ada rekaman hasil pertemuan. Saat diskusi ada kesalahpahaman. "Tidak ada nada yang berlebihan. Sudah dijelaskan tadi," katanya. (bs-fajar)

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerjasama antara FAJAR.CO.ID dengan RADARTASIK.ID. Segala hal yang terkait dengan artikel ini adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari RADARTASIK.ID.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan