FAJAR.CO.ID, MAKASSAR-- Operasional tambahan untuk Kereta Api (KA) Sulsel menunggu kedatangan gerbong baru dari PT INKA. Saat ini, hanya beroperasi satu kali dalam sehari.
Kepala Tata Usaha Balai Pengelola Kereta Api Sulsel (BPKASS) Hasbudi Samad, mengemukakan KA Sulsel dipastikan akan beroperasi secara komersial pada 1 Juni mendatang. Meski demikian, jam operasional tetap seperti biasa sebab gerbong KA baru satu.
Hasbudi mengatakan untuk operasional KA saat ini yaitu pukul 08.30 pagi dari Maros ke Garongkong, Barru. Kemudian kembali lagi ke Maros. "Itu sudah PP (pergi-pulang)sampai pukul 14.00," tuturnya, kemarin.
Dia menerangkan, untuk BPKASS masih menunggu gerbong KA kedua yang direncanakan akan tiba pada pertengahan tahun ini. Spesifikasi untuk KA ini dipastikan akan sama yang beroperasi saat ini. Ini juga akan melihat tren dari penumpang, jika dianggap cukup tinggi maka penambahan operasional ini selanjutnya akan dilakukan.
"Jadi pasti bertambah kapasitas dan waktu pelayanan (jika KA kedua tiba)," sambungnya.
Pengamat Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas) Syarkawi Rauf, menerangkan penetapan harga tiket tersebut pastinya disambut baik oleh masyatakat. "Ini sangat murah," tuturnya.
KA sendiri kata dia, menjadi salah satu sarana mobilitas masyarakat, dengan populernya ini akan membawa dampak baik untuk perekonomian di kawasan.
Makanya, BPKS harus bisa memastikan tren baik ini terus bertahan, dan progresif meningkat. Subsidi ini kata Syarkawi sangat tepat.
Sebagaimana diketahui tingkat okupansi dari KA ini bertahan di atas 100 persen. Itu berdasarkan laporan BPKASS. "Jadi (dengan populernya KA) sangat krusial dalam mengembangkan ekonomi dalam satu daerah," jelasnya.
Syarkawi melanjutkan, operasional KA memang belum begitu optimal, BPKA masih memiliki PR Panjang dalam merampungkan keseluruhan proyek ini hingga ke Makassar, agar dampak ekonomi bisa lebih optimal.
Ini harus segera diselesaikan oleh BPKASS dan Pemda. "Nyambung ke pelabuhan (Makassar New Port), sampai Parepare baru optimal," sambungnya.
Angkutan barang juga harus dimaksimalkan. Sepanjang jalur KA tersebut merupakan jalur produksi, dari semen, hasil tambang, hingga pangan. Kemudian interkonektivitas dengan sarana transportasi lain sangat dibutuhkan. Seluruh stasiun selayaknya harus disokong dengan sarana transportasi oleh daerah masing-masing untuk memudahkan akses masuk.
Menurutnya, pemerintah daerah harus ikut terlibat dalam menggerakkan trayeknya masuk ke dalam kawasan KA. "Jadi memang pasti manusianya dulu, kalau barang pasti belum optimal," kata dia (an/dir/fajar)