FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Seorang perempuan bernama Nurmawaddah (30), tidak mendapatkan layanan di salah satu Rumah Sakit di Makassar.
Berdasarkan informasi yang dihimpun fajar.co.id, pasien dimaksud hendak mengobati penyakit di bagian dada yang dideritanya.
Akibatnya, warga asal Kabupaten Gowa itu terpaksa harus menahan rasa sakit dari penyakit yang dideritanya.
Meskipun, dia sangat berharap bisa mendapatkan penanganan dari pihak rumah sakit, namun hanya disuruh pulang.
Kakak Nurmawaddah, Adam (36) yang ditemui menceritakan bagaimana kejadian malang itu harus dialami keluarganya.
Dikatakan Adam, awalnya pada Jumat, 26 Mei 2023 lalu, dia membawa adiknya ke rumah sakit tersebut.
Sebelum itu, dirinya yang baru tiba di rumah kaget melihat adiknya mengeram kesakitan. Setelah dicek, ternyata kondisi adiknya parah pasca dioperasi di bagian dada.
Ada cairan nanah bercampur darah terus keluar, sehingga ia memutuskan untuk membawa adiknya ke rumah sakit.
"Awalnya saya pulang. Saya lihat adekku, kenapa ini langsung masuk di kamar, Pas kulihat ternyata keluar nanah, darah. Seperti air mancur parah itu," ujar Adam.
Dari situ, dia kemudian mengajak adiknya untuk ke rumah sakit, sekalipun ajakan itu sempat mendapatkan penolakan karena mengingat yang dialami sebelumnya.
Dari pengakuannya, dia juga sempat ke beberapa rumah sakit lainnya, namun hanya diberikan obat saja, lalu disuruh pulang.
Adam pun meyakinkan sang adik, karena yang akan didatangi ini adalah rumah sakit berbeda.
"Saya bawa ke sana. Sampai di sana, saya bilang ini ada pasien, tapi tidak ada respons, lamajeka lagi di sana, sabarjeka (menunggu), sampai saya ji lagi angkat adek, cari tempat (di UGD). Tidak dia layanika (petugas rumah sakit)," ungkapnya.
Sampai di situ, Adam mengaku masih bisa bersabar. Dia kemudian tetap menunggu di bagian UGD, berharap bisa segera medapatkan penanganan setelah melaporkan adiknya yang menderita diduga infeksi pada bagian sensitif itu pasca menjalani operasi benjolan sekitar dua minggu lalu.
"Kemudian saya tunggu-tunggu lagi respons dari UGD-nya, lama. Di pintunya ka berdiri (kantor staff), saya tanya staff di sana bisa mka dibantu kah kodong pak, lama ja berdiri," akunya yang saat itu mulai kesal dengan pelayanan di rumah sakit tersebut.
Setelahnya, beberapa saat kemudian salah seorang dokter keluar dari sebuah ruangan, dengan sigap Adam langsung meminta pertolongan kepada dokter tersebut. Namun, bukannya langsung ditangani, sang dokter hanya memberikan konsultasi saja.
"Keluar dokter dia cuman cerita, nasehati pulang ke rumah, minum obatnya adek ta, kasih istirahat. Terus ganti perban setiap hari," ujar Adam menirukan kembali perkataan sang dokter yang identitasnya tak ia ketahui.
Adam lanjut membalas, kalau penanganannya seperti ini, tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Menurut dia, adiknya butuh penanganan lebih, tidak sekedar diminta minum obat dan beristirahat.
Ditambah lagi, perkataan sang dokter, disampaikan tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas penyakit adiknya. Kata dia, bahkan dokter itu sama sekali tidak menyentuh adiknya.
"Karena ini adek di payudaranya terus keluar nana dan darah tidak berhenti, kaya air mancur. Nah bikin adek selama ini susah tidur karena tahan sakitnya itu," bebernya.
Mendengar itu, sang dokter sempat mengarahkan Adam untuk melakukan registrasi administrasi dengan maksud agar bisa ditangani.
Namun, dia mendapatkan penyampaian, penanganannya hanya seputar ganti perban dan diberi obat lagi.
"Jadi saya bilang mi, kalau seumpamanya alasannya di labuan baji juga begini, jangan mi saya registrasi mendaftar, istirahat di rumah saja," kesalnya.
Akhirnya Adam memilih pergi. Ia membawa pulang sang adik yang masih dalam keadaan menahan rasa sakit.
Dirinya mengaku kecewa, sehingga memilih akan mencari rumah sakit lain yang bisa melayani pasien dengan baik, dan melakukan penanganan sesuai yang diharapkannya.
Dari pengakuan Adam sendiri, keesokan harinya dia datang ke Rumah Sakit Wahidin. Di sana, adiknya langsung mendapatkan penanganan.
Nanah serta darah yang tidak hentinya keluar dari bekas operasi terus dikeluarkan dokter di sana. Kemudian, dibolehkan pulang untuk beristirahat.
"Akhirnya adekku bisa tenang-tenangmi saya lihat istirahat tadi," kata Adam.
Sementara itu, Direktur Utama Rumah Sakit tersebut telah berulang kali berusaha dikonfirmasi wartawan namun tidak merespons hingga berita ini diterbitkan. (Muhsin/Fajar)