FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kritikus Faizal Assegaf menyebut, hampir satu dekade rezim Jokowi, nilai-nilai demokrasi dan tata kelola negara jadi amburadul.
Faizal mengatakan, dalam berpolitik tidak elok jika terlalu kaku. Hal itu, kata dia, tidak mencerminkan negarawan sejati.
Dia menilai, Kehidupan berbangsa saat ini terperangkap dalam gorong-gorong politik yang serba tipu-tipu dan hipokrit.
"Setiap jelang Pilpres, musuh jadi teman dan sahabat jadi lawan, teater politik yang dinamis. Ga elok terjebak fanatisme buta dalam pilihan politik," ujar Faizal dalam keterangannya (30/5/2023).
Faizal mengingatkan, ada ideologi Pancasila yang menjadi panduan untuk merekatkan persatuan dalam keragaman.
"Di titik inilah politik menjadi beradab dan dimaknai sebagai upaya memajukan kepentingan bersama," lanjutnya.
Celakanya, kata Faizal. Situasi kegilaan itu berjalan mulus dan makin menjadi-jadi. Bahkan, dikatakan Faizal, Jokowi ngotot mewarisi sesuatu yang tidak elok untuk pemimpin berikutnya.
"Jokowi mewariskan kebobrokan perilaku kekuasaannya ke calon pemimpinan nasional berikutnya. Tak peduli aturan dan etika," ucapnya.
"Daya rusak politik kekuasaan dimotori Jokowi sangat semena-mena. Semakin dekat ke Pilpres, semakin laju kerusakan politik diproduksi. Aneka rupa cawe-cawe dengan modus menjegal dan membegal lawan politiknya secara brutal," sambung dia.
Lebih lanjut Faizal mengatakan, korban dari politik kekuasaan tersebut, bukan hanya dari Partai oposisi, namun juga dari lingkaran kekuasaan.
"Walhasil kekuasaan berubah menjadi monster ganas dan mengancam kelangsungan persatuan nasional," tukasnya.