Aksesoris wajib lelaki Betawi
Budaya mengoleksi batu sebagai perhiasan, memang sudah ada ketika zaman perunggu. Pada masa itu, manusia sudah pandai membuat alat-alat rumah tangga dari besi dan batu.
Saat Indonesia memasuki zaman kerajaan, aksesoris batu alam pun menjadi bagian beraktivitas bagi golongan masyarakat mulia, seperti raja-raja hingga habib ulama.
Khusus bagi masyarakat Betawi, batu akik diidentikkan sebagai aksesoris yang bersatu dalam tubuh seorang jawara, centeng, tukang, hingga jago silat.
Bentuknya pun kini lebih beragam, dari awalnya berupa cincin dengan ukuran batu yang proporsional, menjadi cincin dengan ukuran memanjang. Batu pandan juga kini dipasangkan dalam sabuk serta dibuat gelang dan liontin, menyesuaikan dengan hobi kontemporer masyarakat Betawi.
Namun yang utama, masyarakat Betawi menganggap batu akik pandan merupakan aksesoris wajib ketika mereka mengenakan pakaian pangsi Betawi saat acara-acara besar.
Seorang laki-laki Betawi yang menggunakan pangsi harus memakai seluruh aksesoris kopiah atau peci merah, sarung selempang, sabuk hijau, gelang bahar, sendal ban, serta cincin, dan liontin batu akik pandan sebagai pelengkapnya.
"Tidak bisa tanggung, dia harus komplet propertinya. Kalau kurang akan jadi omongan yang tidak enak bagi yang melihatnya," kata Yahya. (antara/fajar)