Berbekal perasaan gusarnya tersebut, ia dan enam rekannya membuat gagasan yang memungkinkan semua orang untuk tidak selalu menyemprotkan disinfektan dan hand sanitizer, maka terciptalah CoFilm+.
Peran dosen sekaligus Kepala Pusat Riset Nanoteknologi ITS Agung Purniawan yang merupakan lulusan dari Delft, Belanda, sangat besar dalam penelitian produk tersebut.
Untuk memulai riset terkait produk itu, dia hanya bermodal uang saku bersama enam temannya. Berkat ketekunannya, usahanya dipandang oleh ITS dan Unair, sehingga diberikan bantuan berupa dana riset.
Selayang pandang
Produk itu adalah pelapis antivirus dan antibakteri yang berupa lapisan tipis, seperti cat tembok, yang jika terdapat bakteri yang menempel, maka bakteri tersebut
akan otomatis mati," kata pria yang akrab disapa Wafi tersebut.
Produknya berbeda dengan produk antivirus lain, seperti hand sanitizer dan disinfektan, karena bahan ini dapat mengeras seperti cat dan bertahan hingga dua tahun.
Produknya itu telah diuji dengan berbagai bakteri positif maupun negatif, seperti bakteri SARS-CoV-2.
Produk ini telah memiliki sertifikasi pengujian mikroba oleh Tropical Disease Diagnostic Center Universitas Airlangga serta izin resmi dari Kemenkes RI.
Sebanyak 90 persen bakteri akan mati pada menit pertama dan angkanya meningkat hingga 99,9 persen dalam waktu satu jam, dimana pada umumnya bakteri baru mati setelah tiga hari jika tidak diberi pelapis CoFilm+.
"Produk ini tahan terhadap air panas, sentuhan berkali-kali, bahkan juga goresan," ujarnya.