19 Calon Senator Asal Sulsel Siap Perebutkan 4 Kursi DPD, Tiga Petahana Vs 16 Penantang, Siapa Berpeluang?

  • Bagikan
Pemilu Serentak 2024

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Tiga dari empat petahana akan berupaya mempertahankan kursi yang berhasil diduduki pada Pemilu 2019.

Selain itu, sejumlah pendatang baru siap adu pamor. Dari kalangan milenial hingga kader partai politik kepincut ingin menjadi senator.

Sedikitnya 19 calon DPD RI asal Sulsel resmi mendaftar sebagi kontestasi untuk berlaga di panggung pemilu yang dihelat tanggal 14 Februari 2024. Ini berkurang karena pemilu 2019 lalu, ada 42 calon DPD RI representasi asal Sulsel.

Adapun 19 calon DPD RI yang akan memperebutkan 4 kursi dari daerah pemilihan (Dapil) se-Sulsel saat ini yakni Al Hidayat Samsu, Abdul Waris Halid, Muh Nasyit Umar, Pdt. Musa Salusu, A Chairil Anwar, Andi Muh Yagkin Padjalangi, Tamsil Linrung, Andi Muh Iksan, Idrus Paturusi, Siti Diza Rasyid Ali, Lily Amelia Salurapa, Yusran Paris, Elli, A Baso Ryadi Mappasulle, Andi Maradang Mackulau, A M Iqbal Parewangi, Abd Rahman, Andi Hatta Marakarma dan Harmansyah.

Dari total 19 calon DPD itu, terdapat tiga petahana mereka adalah Lily Amelia Salurapa, Andi Muh Iksan, dan Tamsil Linrung.

Adapun kuota diprebutkan 19 calon hanya 4 kursi dari Dapil Sulsel. Jika calon DPD ingin terpilih minimal memperoleh suara di atas 400 ribu. Karena berkaca pada pemilu 2019, calon DPD RI meraih suara di atas angka tersebut.

Misalnya, 4 calon DPD RI terpilih saat 2019. Andi Muh Ihsan: 574.630 suara, Lily Amelia Salurapa: 481.423, Tamsil Linrung: 455.137 dan Ajiep Padindang: 427.005 suara. Padahal total DPT kala itu hanya 6.425.788 juta jiwa.

Lantas bagaimana melihat peluang petahana vs pendatang baru. Siapa kuat dan basis dimana saja? Serta bagaimana basis di Daerah mana saja?

Menurut Ras Md yang juga Direktur Parameter Publik Indonesia (PPI) itu berpandangan pertarungan caleg DPD RI dapil Sulsel tak kalah serunya dengan pertarungan caleg DPR RI di Sulsel.

"Atmosfir pertarungannya juga relatif kompetitif. Artinya, ada banyak figur penantang potensial bisa bersaing dengan para petahana," ujarnya.

Ia menyebutkan, seperti figur penantang Andi Muh. Yagkin Padjalangi. Mantan anggota DPRD Provinsi ini punya basis tradisional, seperti kabupaten Bone dan juga Makassar.

Begitupun juga Abdul Waris Halid, adik kandung Nurdin Halid ini punya jejaring elektoral yang cukup potensial, seperti kabupaten Bone dan juga Sinjai.

Tak terkecuali Pdt. Musa Salusu, kekuatan toraja raya menjadi basis utamanya walaupun ada petahana disana, tapi kekuatannya potensial bisa mengalahkan ibu Amelia Salurapa.

"Saya tidak katakan jika tiga petahana DPD RI dapil sulsel ini semua potensial kalah, tapi mesti kerja ekstra membendung perlawanan para penantang," terangnya.

Nah menariknya, kata dia, bertarung sebagai caleg DPD RI sebenarnya tingkat kesulitannya tidak seberat bertarung sebagai caleg DPR RI, bertarung sebagai caleg DPD RI hanya memikirkan kekuatan dirinya sebagai caleg.

"Sedangkan caleg DPR RI, mesti memperhatikan kekuatan partainya," jelasnya.

Olehnya itu, tips utama bagi figur caleg DPD RI, ada dua hal penting yang mesti diperhatikan dalam memenangkan pertarungan.

Pertama, maksimalkan popularitas anda sebagai caleg DPD RI. Makin populer, makin terbuka peluang anda dipilih oleh publik sulsel.

Kedua, bangun akseptabilitas anda dengan baik. Agar kuat magnet keterpilihan anda sebagai caleg DPD RI.

"Selain harus populer, juga tingkat akseptabilitas anda mesti linear dengan pengenalan anda sebagai caleg DPD RI. Dengan begitu, peluang anda mendukang suara akan terbuka lebar," tukasnya.

Sedangkan, Pengamat Demokrasi Nurmal Idrus mengatakan, pertarungannya bakal amat keras. Dari nama-nama yang lolos Caleg DPD, hampir semua punya basis suara baik basis daerah maupun basis organisasi.

"Saya pikir ini tantangan yang berat bagi petahana karena kualitas penantang yang terlihat amat bagus," ujarnya.

Dia menyebutkan, penguasaan basis wilayah menjadi sangat sentral dalam perebutan suara model DPD RI. Maka, calon yang punya basis massa daerah punya peluang lebih besar seperti Al Hidayat Samsu dan Yaqin Padjalangi.

"Tetapi, semua harus dibarengi dengan manajemen tim yang bagus dengan pengelolaan data dukungan yang terstruktur baik," tutupnya.

Selain Hidayat dan Yagkin, politikus partai yang ikut bertarung di DPD adalah Andi Hatta Marakarma dan Andi Abd Waris Halid (Golkar), Harmansyah (Gerindra), serta Yusran Paris (PAN).

Direktur Eksekutif PT Indeks Politica Indonesia (IPI) Suwadi Idris Amir mengatakan luasnya cakupan wilayah kampanye calon DPD mengharuskan kandidat membutuhkan mesin politik.

"Ada dua mesin yang harus dimanfaatkan calon DPD. Pertama bantuan mesin partai politik dengan menggunakan bacaleg dalam mengkampanyekan calon DPD tertentu," ujar Suwadi.

"Kedua bantuan ormas yang punya jaringan kuat untuk bisa membantu memberikan suara kepada calon DPD," sambung dia.

Suwadi mengatakan, bila salah satu partai solid untuk memberikan dukungan kepada salah satu kandidat maka potensi mereka untuk menggeser petahana, sangat besar.

"Apalagi kalau bisa meminta bantuan lebih dari satu partai, seperti Tamsil Linrung saat ini dekat dua partai, PKS dan Gelora ditambah jaringan Kahmi. Ini menjadi modal untuk Tamsil. Begitu juga Harmansyah yang di-back up oleh Gerinda dan Karang Taruna Sulsel, ini semua modalnya," ujar Suwadi.

Ketika calon DPD mendapatkan dukungan dari partai dan ormas, kata Suwadi maka pertarungan sangat kencang dan itu berpotensi untuk menggeser petahana.

"Bila petahana tidak mendapatkan dukungan partai dan ormas maka tentu mereka akan kerepotan untuk melawan pendatang baru yang dibackup oleh partai dan ormas," katanya.

Suwadi juga mencermati perebutan suara dari kalangan non muslim. Menurut dia, satu kursi yang selama ini "dijatah" untuk kalangan itu bisa saja hilang karena suara akan terbagi. Lily Amelia Salurapa akan head to head dengan Pendeta Musa Salusu.

"Kalau non muslim solid (satu nama) maka peluang untuk memiliki satu kursi tetap terjaga," imbuh Suwadi.

Manajer Strategi dan Operasional Jaringan Suara Indonesia (JSI) Nursandy Syam mengatakan majunya sejumlah kader parpol yang mengincar kursi DPD RI tak lantas secara otomatis akan di-back up oleh infrastruktur partai.

"Tidak juga dengan mudah mereka mampu menggerakkan kekuatan kader-kader partai yang ada di daerah untuk kepentingan sosialisasi pencalonannya," tutur Nursandy.

Apalagi, kata dia, situasinya beberapa calon senator berasal dari partai yang sama. Seperti Andi Hatta Marakarma dan Waris Halid berasal dari Golkar. Kemudian Andi Yagkin Padjalangi dan Al Hidayat dari PDIP.

Pertanyaannya siapa yang mendapatkan rekomendasi dari partainya untuk pencalonan di DPD RI? Apakah kekuatan partai akan dengan enteng dibagi kepada kedua kader?

"Bila ingin menunggangi infrastruktur politik partai, calon senator yang maju perlu mendapatkan dukungan nyata dari pimpinan partai. Minimal instruksi dari ketua partai kepada pengurus dan kader di daerah untuk salah satu kader," ujar dia.

Di samping itu, adanya kader partai yang berstatus kepala daerah juga tak akan mudah diraih dukungannya oleh calon senator sekalipun berada pada warna yang sama. Sebab ini tergantung juga penerimaan figur calon senator itu sendiri.

"Jadi kekuatan figur juga ikut menentukan totalitas perjuangan kader-kader partai di daerah untuk memenangkannya," kata dia. (selfi/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan