Sejarah dan Fiksi Sejarah Tidak Sama

  • Bagikan
Ilustrasi. (Foto: Istock)

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Sejarah dan fiksi sejarah adalah dua hal berbeda. Itu ditegaskan Iksaka Banu, penulis yang banyak menulis karya sastra bernuansa sejarah.

Fiksi sejarah, kata dia, jelas hanya cerita fiktif. Tetapi meminjam peristiwa sejarah sebagai latar, jagat, universe, atau tempat hidup tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita.

“Apakah zaman dinosaurus adalah fiksi sejarah? Tidak!” tegas Iksaka Banu dalam sebuah diskusi bertajuk “In Conversation with Iksaka Banu: Rasina”. Dipandu oleh Silviana Dharma, Pengelola Media Sosial Penerbit KPG.

Kegiatan itu diadakan di Museum La Galigo, Benteng Rotterdam, Makassar pada Sabtu (10/6/2023). Bagian dari rangkaian kegiatan Makassar Internasional Writer Festival (MIWF) 2023.

Iksaka Banu menjelaskan, fiksi sejarah biasanya memang mengambil sepotong waktu dari 20 hingga 2000 tahun lalu.

Zaman dinosaurus mungkin masuk dalam rentang waktu itu, tetapi tidak memiliki catatan sejarah. Makanya tidak layak dikatakan fiksi sejarah.

Penulis Rasina itu mengategorikan tiga fiksi sejarah. Dramatisasi biografi, sejarah alternatif, dan ilustrasi tokoh fiktif ke dalam panggung sejarah.

Buku Rasinah masuk dalam kategori ketiga. Fiksi sejarah dengan cerita yang memiliki tokoh, tempat, dan peristsiwa yang sama sesuai fakta sejarah. Tapi memasukkan tokoh fiktif ke dalam cerita.

“Fokusnya, tokoh fiktif itu yang membuat drama dengan tokoh sejarah itu. Bahkan berkelahi. Tapi jika tokoh sejarahnya misalnya dia mati, dia akan mati. Tapi jika dia tidak mati, maka tidak mati (dalam cerita),” jelasnya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan