FAJAR.CO.ID, ISTANBUL—Proyek Liga Champions Manchester City akhirnya berhasil. Mereka kini menjadi raja Eropa ke-23.
Sejarah baru dicatatkan Manchester City di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, Turki. Pada final Liga Champions, Minggu kemarin, mereka meraih gelar usai mengalahkan wakil Italia, Inter Milan dengan skor 1-0 lewat gol Rodri di menit ke-68.
Ini adalah gelar Liga Champions pertama The Citizens dalam 143 tahun sejarah klub itu. Gelar perdana ini makin istimewa sebab pasukan Pep Guardiola menutup musim dengan Treble Winner.
Manchester City menjadi klub ke-23 dalam 68 edisi Liga Champions yang sukses mencatatkan namanya di trofi Si Kuping Besar. Khusus Inggris, mereka menjadi klub keenam yang pernah merasakan sensasi podium tertinggi kompetisi antar-klub terbaik Eropa ini.
Lima klub Premier League yang sudah lebih dulu menjadi kampiun yakni Liverpoo, Manchester United, Chelsea, Nottingham Forest, dan Aston Villa.
Sementara untuk Treble Winner, klub yang berdiri pada 1880 ini menjadi klub ke-10 yang meraih gelar liga, piala liga dan Piala Eropa/Liga Champions dalam satu musim kompetisi.
Mereka mengikuti jejak, Celtic, Ajax, PSV Eindhoven, Manchester United, Barcelona, Inter Milan, dan Bayern München. Barcelona dan Bayern Munchen meraih treble winner pada dua kesempatan berbeda.
Prestasi Manchester City bukanlah sesuatu yang instan. Sejak dibeli pemilik Abu Dhabi United Group, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan pada 23 September 2008, mereka mulai membangun proyek juara.
Hanya beberapa hari setelah membayar 200 juta poundsterling untuk mengambil alih kepemilikan klub dari Thaksin Shinawatra, mereka langsung membuat rekor pembelian pemain termahal Inggris dengan mendatangkan Robinho.
Robinho dibajak dari Real Madrid dengan harga 32,5 juta pounds. Pada tahun yang sama, mereka mendatangkan Vincent Kompany yang menjadi kapten mereka selama hampir satu dekade.
Setelah itu, City dengan uang tak terbatas membeli bintang-bintang besar termasuk seperti David Silva (2010) dan Sergio Aguero (2011) yang kemudian membantu mereka mengakhiri dahaga 44 tahun gelar Premier League pada musim 2011/2012.
Proyek juara mereka tingkatkan dengan mempekerjakan Txiki Begiristain sebagai direktur teknik pada 2012. Bersama eks direktur sepak bola Barcelona itu, City mendatangkan nama-nama seperti Fernandinho (2013) serta Kevin De Bruyne (2015).
Puncak proyek ambisius City yang membidik Liga Champions dimulai saat Pep Guardiola datang pada Juli 2016. Bersama Txiki Begiristain yang merekomendasikannya sebagai pelatih Barcelona di awal-awal kariernya, mereka menambah pemain top yang dibutuhkan City untuk bertarung di Eropa.
Raheem Sterling (2016), Ilkay Goundogan (2016), Bernardo Silva (2017), Ederson Moraes (2017), Riyad Mahrez (2018), Rodri (2019), hingga Ruben Dias (2020) dibeli. Pada saat bersamaan, pemain akademi seperti Phil Foden diorbitkan pada 2016.
Sejak itu, Manchester City menjadi penguasa Inggris. Dalam enam musim terakhir, mereka meraih lima trofi Premier League. Selain itu, mereka juga meraih total tujuh trofi Piala Liga Inggris, Piala FA, serta Community Shield.
Meski begitu, mereka masih kesulitan mencapai takhta tertinggi Eropa. Guardiola dan pasukannya yang setiap musim menampilkan sepak bola indah selalu gagal di fase knockout Liga Champions. Termasuk di final 2021 ketika mereka kalah dari Chelsea.
Mereka kemudian mendatangkan Jack Grealish (2021), Julian Alvarez (2022), dan Erling Haaland (2022). Dengan pemain yang makin padu serta Pep yang mampu menemukan formula terbaik untuk menantang raksasa Eropa lainnya, musim ini mereka meraih puncak kejayaan dengan gelar Liga Champions dan Treble Winner mengikuti jejak musuh sekotanya, MU.
Guardiola yang meraih gelar Liga Champions ketiganya dan Treble Winner untuk kali kedua mengaku sangat bahagia akhirnya bisa mewujudkan mimpi besar City.
“Kami berhasil menang di Eropa – menderita, tapi itu normal. Terkadang Anda membutuhkan keberuntungan yang tidak kami miliki di masa lalu. Kami puas dengan sesuatu yang unik: memenangkan treble,” kata Guardiola di UEFA.com. (amr)