Ia menjelaskan, kombinasi polusi dan radiasi UV menyebabkan produksi radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif dan peradangan pada kulit.
Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif yang merusak komponen seluler, termasuk DNA, protein, dan lipid. Kerusakan tersebut menyebabkan penuaan dini, melemahnya barrier kulit, peningkatan sensitivitas kulit, dan meningkatkan risiko kambuhnya masalah kulit sebelumnya seperti jerawat, eksim, dan rosacea.
Campuran polutan dan radiasi UV juga dapat menimbulkan pembentukan smog. Smog adalah sumber radikal bebas yang kuat, yang memperkuat efek negatifnya pada kulit.
Melihat seriusnya bahaya kombinasi polusi dan radiasi UV di akibat perubahan iklim tersebut, Arini menegaskan pentingnya melindungi kulit.
"Dengan memprioritaskan perlindungan kulit dan mengadopsi langkah-langkah pencegahan, kita dapat menjaga kulit yang lebih sehat dan tangguh dalam lingkungan yang terus berubah," katanya.
Di samping itu, ia juga menekankan pentingnya penelitian berkelanjutan, peningkatan kesadaran masyarakat, dan upaya kolaboratif dalam mengatasi dampak gabungan polusi dan radiasi UV pada kesehatan kulit. (antara/fajar)