Delegitimasi Lebaran Ganda

  • Bagikan
Tasrief Surungan

Tasrief Surungan (Guru Besar Fisika Teoretik FMIPA Unhas)

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Umat Islam di tanah air akan selalu dihadapkan pada kemungkinan perbedaan hari raya jika tidak ada kesadaran bahwa sebenarnya hari raya ganda di suatu wilayah bertentangan dengan syariah.

Demikian ditegaskan oleh Prof. Tasrief Surungan, Guru besar Fisika Teoretik FMIPA Unhas Makassar, dalam release pandangannya yang dikirim ke redaksi Fajar, Jumat 15 Juni 2023.

Menurut Prof. Tasrief, ada satu faktor kunci bagi penyatuan awal bulan, yaitu keterbukaan dan kesediaan oleh semua pihak untuk menerima kebenaran.

Prof. Tasrief menjelasakan bahwa akar masalah penyebab dari perbedaan awal bulan adalah karena ada pihak yang keliru memahami ketentuan syariah tentang kriteria awal bulan.

Awal bulan hijriah menurut Syariah, bukanlah sesaat setelah Ijtimak, melainkan apakah setelah ijtimak hilal visibel (terlihat) atau tidak saat magrib.

Sesuai perhitungan (hisab) astronomis, visibilitas hilal memiliki sejumlah faktor, bukan hanya ketinggian bulan di atas ufuk saat magrib (matahari terbenam).

Kenapa? Sebab sesaat setelah matahari terbenam, masih akan ada cahaya senja (syafak) atau residu sinar matahari, sehingga hilal yang kenampakannya menyerupai sabit tidak mungkin terlihat. Cahaya safak yang bersumber dari matahari masih lebih dominan dibanding cahaya pantulan oleh bulan.

Selain ketinggian poisisi bulan di atas ufuk, visibilitas hilal juga dipengaruhi oleh konfigurasi (tata letak) matahari dan bulan saat terbenam. Posisi terbenam dari keduanya bergeser secara teratur sepanjang tahun.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan