FAJAR.CO.ID -- Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga, menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengibaratkan kepemimpinan nasional seperti tongkat estafet, bukan mesin pompa bensin, karena harus mulai dari nol lagi, dinilai tidak tepat.
Menurut Jamiluddin, kondisi masyarakat pada dasarnya dinamis. Apa yang dinilai baik hari ini, bisa jadi di masa mendatang justru sebaliknya.
“Analogi itu terkesan memandang masyarakat statis. Penilaian masyarakat tentang pembangunan saat ini seolah tidak akan berubah. Anggapan seperti itu tentu sangat tidak tepat,” kata Jamiluddin Ritonga dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (18/6/2023).
Apalagi, sambung dia, PDIP sebagai partai penguasa sependapat dengan pernyataan Jokowi yang tidak tepat itu.
“Pola pikir seperti itu tentu sangat berbahaya, karena terkesan tidak peka terhadap perubahan masyarakat yang dilayani,” pungkasnya.
Sebelumnya, DPP PDIP sependapat dengan pernyataan Jokowi yang mengibarkan kepemimpinan nasional seperti tongkat estafet, bukan mesin pompa bensin, karena harus mulai dari nol lagi.
“Ya betul. Dari presiden ke presiden, melanjutkan apa yang belum dan meng-accelerate visi misi presiden sebelumnya,” kata Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, kepada wartawan, di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/6).
Pernyataan Said Abdullah itu merespons pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa kepemimpinan nasional ke depan harus ada keberlanjutan, ibarat tongkat estafet.
Menurutnya, dalam sebuah kepemimpinan, sejatinya tidak ada istilah seperti mesin di pom bensin, yakni dimulai dari nol kembali.